TONGGING, BENTENGTIMES.com– Informasi tentang perpanjangan penutupan objek wisata di Tanah Karo belum banyak diketahui publik. Terbukti ada banyak pelancong dari berbagai daerah berbondong-bondong mendatangi Tongging, salahsatu objek wisata Tanah Karo di tepian Danau Toba.
Mereka sama sekali tidak tahu jika pemerintah setempat memperpanjang masa penutupan objek wisata di masa pandemi ini. Alhasil, mereka harus rela balik kanan. Padahal, para wisatawan itu sudah datang jauh-jauh dari daerah asalnya.
Salahsatunya Septian. Pemuda usia 22 tahun ini datang bersama rombongan dari Lubuk Pakam, Kabupaten Deli Serdang. Dia mengaku baru saja pulang dari camping dan berencana melanjutkan jalan-jalan ke Desa Tongging.
Namun apa daya, Septian dan rombongannya tidak diperbolehkan masuk ke kawasan objek wisata Desa Tongging.
“Tadinya, kami belum tahu ada penutupan. Tapi, kalau aturan sudah seperti ini, mau gak mau kami harus baleklah (balik kanan, red),” kata Septian, dengan raut wajah penuh kecewa, Minggu (14/6/2020), siang sekira pukul 11.00 WIB.
Amatan BENTENG TIMES, bukan hanya Septian dan rombongannya yang kecewa karena tidak diperkenankan masuk kawasan objek wisata Desa Tongging. Ada ratusan wisatawan lokal harus putar arah.
Sementara, para relawan Covid-19 Desa Tongging sampai kewalahan. Mereka harus berjibaku memberi pemahaman kepada para wisatawan yang ingin datang ke desa mereka.
“Sebagian ada yang mengerti, tapi tidak sedikit juga yang keras kepala,” ujar salahseorang wanita paruh baya yang bertugas menjaga portal pintu masuk objek wisata Desa Tongging.
Ketua Badan Permusyawaratan Desa (BPD) Tongging Santo Munthe, kepada BENTENG TIMES, berharap para wisatawan bersabar sampai situasi pandemi berakhir. Santo mengatakan, seluruh pihak di Desa Tongging, mulai dari aparat pemerintah desa, pengusaha kuliner dan para tokoh masyarakat sudah sepakat mengikuti imbauan Pemerintah Kabupaten Karo.
Baca: Sengketa Sejumlah Kawasan di Wilayah Air Terjun Sipisopiso, Tunggu Putusan PTUN!
Maka dari itu, masih kata Santo, pihaknya melakukan penjagaan ketat di pintu masuk objek wisata Desa Tongging. Dia mengatakan, penjagaan dilakukan siang dan malam selama 24 jam.
“Sift pertama, mulai pukul 08.00 WIB sampai pukul 17.00 WIB, sift kedua mulai pukul 18. 00 WIB sampai pukul 08 .00 WIB,” ujarnya.
Sementara itu, Master Manihuruk, salahseorang Relawan Covid-19 Desa Tongging mengungkapkan kedatangan pengunjung tidak hanya di pagi dan atau siang, melainkan pada malam hari juga ramai pengunjung yang ingin masuk kawasan objek wisata Desa Tongging. Dia mengatakan, umumnya yang datang pada malam hari adalah para pendaki.
“Para pendaki banyak yang lolos. Mereka datang di malam hari,” ungkap Master.
Oleh sebab itu, dia berharap kerja sama semua pihak. Ia menyarankan untuk sementara waktu sebaiknya pintu masuk Tanah Karo ditutup, terutama bagi para wisatawan.
“Kami di sini sampai kewalahan. Kasihan para relawan, bekerja siang dan malam tanpa diupah,” ujarnya.
Baca: Lukisan Indah Air Terjun Sipiso-piso di Balik Kunjungan Jokowi, dan Maaf dari Pemkab Taput
Master mengakui jika dampak dari pandemi ini telah memukul dunia usaha, terutama usaha di bidang pariwisata. Namun, mereka tidak ingin mengambil resiko jika sampai terdapat penyebaran virus corona di desa mereka.
Sekadar diketahui, Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Karo telah memperpanjang penutupan objek wisata di daerahnya. Dalam suratnya tertanggal 12 Juni 2020, penutupan objek wisata diperpanjang terhitung mulai tanggal 15 sampai 30 Juni 2020.