TAPTENG, BENTENGTIMES.com – Pengembangan kepariwisataan di Pantai Barat Sumut, seperti di Kabupaten Tapanuli Tengah (Tapteng), diminta tidak meninggalkan kearifan-kearifan lokal. Seluruh stakeholder diminta untuk menguatkan kembali kearifan-kearifan lokal yang bernilai jual.
“Misalnya, Poda na lima. Poda na lima atau dalam bahasa Indonesia disebut Lima Nasehat, adalah falsafah yang mengisyaratkan pesan-pesan pelayanan yang baik kepada para tamu,” ujar Kabid Bina Pemasaran Pariwisata Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Sumatera Utara Muchlis Nasution dalam kepada puluhan anggota Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) di Tapteng, Rabu (1/8/2018).
Poda na lima itu, yakni Paias Rohamu (Bersihkan Hatimu/Jiwamu), Paias Pamatangmu (Bersihkan Badanmu), Paias Parabitonmu (Bersihkan Pakaianmu), Paias Bagasmu (Bersihkan Rumahmu) dan Paias Pakaranganmu (Bersihkan Lingkungan).
Muchlis mengatakan, penguatan kelompok-kelompok sadar wisata (Pokdarwis) harus dilakukan agar orientasi pariwisata itu kembali kepada masyarakat.
Pokdarwis yang berasal dari masyarakat setempat menjadi instrumen tepat, termasuk mengarusutamakan kearifan lokal tersebut.
“Di sini pentingnya kelompok sadar wisata sebagai kelompok swadaya dan swakarsa masyarakat,” katanya.
Korwil Sumatera DPP Himpunan Pramuwisata Indonesia (HPI) Kus Endro dalam paparannya mengatakan, penguatan Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) harus mendasar pada Sapta Pesona, baik bagi masyarakat maupun pelaku pariwisatanya. Penguatan sikap dan perilaku menurut dia juga menjadi prasyarat dalam pelayanan kepariwisataan.
“Senyum, salam dan sapa, ini adalah sikap yang harus ditumbuhkembangkan,” kata pemandu wisata aktif sejak 1987 ini.
Dia menjelaskan, membentuk desa wisata menjadi sesuatu yang menjanjikan tahun-tahun terakhir. Selain prospek pariwisata Indonesia yang kian dilirik, pemerintah juga mengalokasikan anggaran yang cukup besar pada sektor ini.
Kus Endro memberikan sejumlah tips penting dalam proses membentuk desa wisata yang diharapkan. Di antaranya, tentang pemetaan dan identifikasi potensi wisata, studi banding, kajian dampak pariwisata, regulasi dan promosi.
“Yang terakhir adalah inovasi dan kreasi, pelaku-pelaku pariwisata harus berani berinovasi mengembangkan potensi pariwisatanya,” kata pria gondrong ini.
Sebelumnya, Kadis Pariwisata Tapteng Rahmad Jambak mengatakan, pihaknya terus berusaha menguatkan kualitas dan kuantitas Pokdarwis di daerah tersebut.
Menurutnya, kontribusi Pokdarwis cukup besar. Pokdarwis yang berasal dari masyarakat lokal adalah pewaris objek wisata yang akan terus dikuatkan.
“Di Tapteng sendiri ada sebanyak 7 Pokdarwis yang selama ini kita dampingi dan fasilitasi, termasuk dalam sosialisasi-sosialisasi seperti ini,” katanya.