MEDAN, BENTENGTIMES.com – Tim Assesor dari Global Geopark Networking UNESCO akan kembali melakukan penilaian ke Geopark Kaldera Toba (GKT) pada Agustus 2018. Dalam waktu sebulan ke depan, Pemerintah Provinsi Sumatera Utara(Pemprov Sumut) akan melakukan beragam upaya pembenahan di kawasan danau vulkanik itu.
Pemprov Sumut yakin bahwa tahun ini GKT akan masuk menjadi anggota UNESCO. Artinya, GKT akan diakui dunia dan menyedot perhatian wisatawan mancanegara untuk masuk ke sana.
(BACA: Kemenko Maritim ke Hutaginjang untuk Percepatan Kaldera Toba jadi Unesco Global Geopark)
“Persiapan kita berbasis rekomendasi yang disyaratkan. Jadi seperti amenitas, panel-panel kita lengkapi. Itu dituliskan terkait Super Volcano, terkait geosite di sana,” kata Kepala Dinas Pariwisata Sumut Wan Hidayati, Minggu (8/7/2018).
Hidayati yang juga sebagai General Manager (GM) Badan Pengelola GKT menerangkan, ada 16 Geosites yang ada di GKT. Khusus untuk wisata, pihaknya akan mengandalkan Huta Ginjang, Tapanuli Utara. Letaknya juga tidak jauh dari Bandara Internasional Silangit sebagai akses masuk.
(BACA: Sihar Ajak Warga Lestarikan Geopark Kaldera Toba)
Dari Huta Ginjang, pengunjung bisa melihat bukti erupsi Super Volcano 74 ribu tahun lalu. Selain itu, dari atas sana bisa juga melihat Kaldera Haranggaol yang merupakan letusan pada 500 tahun lalu dan Kaldera Porsea pada 850 ribu tahun lalu. Dari atas sana, juga bisa melihat Resurgent Samosir, yaitu kejadian 35 ribu tahun lalu.
“Artinya dari Hutaginjang itu, kita bisa melihat Geodiversity yang ada. Nanti mereka (assesor) akan menanyakan protekai apa yang sudah kita lakukan,” katanya.
Sebelum masuk ke Huta Ginjang, juga ada Taman Wisata Alam (TWA) yang dikelola oleh Dinas Kehutanan yang jadi pendukung penilaian. Selain itu, ada juga balai penyemaian benih untuk memelihara hutan. Sarana dan prasarana lainnya adalah ticketting, kios souvenir dan sanitasi.
“Information centre, panggung budaya juga sudah. Jadi memang kita kemas supaya Hutaginjang menjadi geosite,” ujarnya.
Selain Huta Ginjang, pemerintah juga sedang mengebut pekerjaan di Geosite Sipinsur. Selama ini, Sipinsur dikenal sebagai botanical garden. Disana juga disediakan panel penjelasan sejarah Danau Toba dari sisi keilmuan dan legenda masyarakat.
Menurut Hidayati, masyarakat juga mendukung penuh soal penilaian GKT dari UNESCO. Selama ini, masyarakat juga memberikan dukungan penuh dengan tetap menjaga kawasannya.
“Misalnya, dengan mereka berjualan di Tomok itu sudah menjadi gerakan yang mendukung Geopark,” katanya.
Sejak dicanangkan menjadi GKT, dinas pariwisata di tujuh kabupaten/Kota yang berbatasan dengan Danau Toba juga getol melakukan pelatihan sadar daerah wisata kepada masyarakat.
Selama ini ada anggapan, kalau hanya Samosir saja kabupaten yang getol mendukung pariwisata di Danau Toba. Namun, Hidayati menampik kabar itu. Kata dia, seluruh kabupaten bekerja secara penuh.
“Sebenarnya tidak, semuanya aktif. Orang banyak salah menilai. Dipikir orang GKT itu Sigulatti. Geositenya itu Pusuk Buhit, Huta Siallagan. Jadi kalau sekarang ini, pengembangan tujuan wisatanya itu tidak hanya Parapat. Tapi juga daerah lain enggak kalah potensinya,” jelasnya.
Hidayati juga tidak membantah bahwa tragedi KM Sinar Bangun berpengaruh pada penilaian. Pariwisata di Danau Toba juga terpukul ke bawah akibat tragedi itu. Namun menurut dia, tragedi KM Sinar Bangun jadi cambuk untuk berbenah. Seluruh regulasi mulai diperbaiki. Apalagi, tragedi itu juga jadi perhatian nasional dan internasional.
“Penilaian ini akan jadi pemulihan di tingkat internasional. Jadi momen perbaikan juga kepada seluruh stakeholder pariwisata. Kami meminta kepada mereka, nilailah kami apa adanya. Kami mempunyai, potensi alam, budaya, flora yang langka,” tandasnya.