MEDAN, BENTENGTIMES.com – Senyum Happy Farida mengembang saat diminta mengisahkan secuil kisah cintanya dengan Djarot Syaiful Hidayat. Ia sendiri tak menduga hatinya terpaut dengan mantan Dekan Fakultas Ilmu Administrasi Universitas 17 Agustus 1945 (Untag), Surabaya, Jawa Timur (Jatim) itu.
“Nah, sebenarnya tahu bapak (Djarot) dekan saya waktu kuliah. Tapi, enggak pernah ngajar di ruang kelas karena beda jurusan. Saya Niaga, sedangkan bapak ngajar di Administrasi Negara,” ungkap Happy Farida saat ditemui di kediamannya Jalan Kartini, Medan, Sabtu (21/4/2018).
Ia berkisah, pada saat yudisium, Djarot memberikan surat tanda tamat belajar. Selanjutnya, Djarot kembali memberikan selamat ketika ia bersama mahasiswa dan mahasiswi fakultas administrasi wisuda. Kala itu, mereka belum saling mengenal.
Tapi, empat tahun kemudian, tepatnya 1998, mereka kembali bertemu di kediaman tetangga Djarot Saiful Hidayat di Surabaya. Pertemuan singkat itu mengukir kisah kedekatan di antara mereka.
“Pada 1998 itu, saya berkunjung ke rumah teman satu kantor. Kebetulan teman kantor itu tetangga sama bapak (Djarot). Ketemulah. Apalagi, teman saya ini dekat sama keluarga Bapak. Jadi saya tidak pernah menduga bisa menikah sama dekan sendiri,” kenangnya.
Kurang dari setahun berteman dekat, sambung Happy, mereka menikah. Usai menikah tiba-tiba seorang kerabat di kampus memerlihatkan foto saat Djarot memberikan surat tanda tamat kepadanya. Kini, foto itu masih ia simpan dengan baik.
“Yang lucu setelah kami menikah ada OB di kampus memerlihatkan foto saya yudisium dan wisuda. Jadi hal yang tidak menduga karena dekan yang menyalami saya ternyata lima tahun kemudian jadi suamiku,” katanya.
Dia mengaku, terpincut dengan Djarot karena romantis. Apalagi, sewaktu berteman dekat, Djarot kerap membawanya makan bakso di pinggir jalan. Mereka teramat jarang makan di restoran yang tenar di Kota Surabaya.
Padahal, Djarot sudah menjabat sebagai Pembantu Rektor-1 Universitas 17 Agustus 1945. Apalagi, ketika berkunjung ke berbagai tempat, banyak orang yang menyapa mereka.
“Bapak (Djarot) romantisnya kalau enggak ada kegiatan di kampus maupun organisasi ke rumah. Terus diajak makan bakso. Kami makan bakso di kaki lima. Itu hal romantis yang dilakukan,” ujarnya.
Adapun warung bakso, pecel dan nasi soto langganan mereka berada di seputaran Universitas 17 Agustus 1945.
Selanjutnya, mereka selalu berkunjung ke rumah keluarga maupun kerabat. Seperti adik dan kakaknya Djarot.
“Kebiasaan makan di warung sederhana berlanjut hingga menikah. Hampir setiap malam kami makan di warung pecel dan nasi uduk di seputaran kampus itu. Hingga kini, kebiasaan bapak makan di warung kaki lima tak juga pudar,” ungkapnya mengakhiri.