NIAS, BENTENGTIMES.com– Pemilihan kepala daerah serentak bakal berlangsung tahun 2020 mendatang. Kabupaten Nias termasuk di dalamnya. Kini, sejumlah figur yang akan berkompetisi pada pesta demokrasi itu sudah mulai bermunculan. Salah satunya Faigiasa Bawamenewi dan Yalisokhi Laoli. Keduanya mengaku siap bertarung menjadi bakal calon Bupati dan Wakil Bupati Nias.
Diwawancarai BENTENG TIMES di Gunungsitoli, Sabtu (15/6/2019), Faigiasa mengatakan, akan mempertimbangkan secara matang, meminta pendapat beberapa tokoh masyarakat Kabupaten Nias, namun dengan syarat tidak pakai sogokan atau money politics.
“Kita kaji dulu, lihat hasil survei apakah masyarakat sungguh-sungguh mendukung. Yang jelas masyarakat jangan berharap, saya akan membagi-bagikan uang untuk beli suara. Kalau pakai duit, tentu integritas saya akan luntur,” kata Faigiasa, pria yang berprofesi sebagai pengacara itu.
Faigiasa, mengungkapkan alasannya maju sebagai calon Bupati Nias pada pilkada mendatang, karena ingin meningkatkan taraf hidup masyarakat di Kabupaten Nias yang masih tergolong miskin. Kemudian penegakan hukum dan kebenaran serta ingin memperjuangkan hak-hak masyarakat yang sesungguhnya.
“Niat saya dari dulu ingin membangun Kabupaten Nias. Dan, inilah cara saya membantu masyarakat kecil. Kalau saya bantu melalui dana pribadi, tentu saya tidak mampu. Saya punya keterbatasan. Makanya, kalau saya dipercaya rakyat dalam memperjuangkan hak-hak dan kepentingan masyarakat banyak. Nyawa pun saya berikan,” pungkasnya.
Baca: Kasus Dugaan Ijazah Palsu Ketua DPRD Gunungsitoli Di-SP3, Warga Demo di Polres Nias
Baca: Walikota Gunungsitoli Diduga Terlibat Proyek Fiktif di Nias, Negara Rugi Rp2,1 Miliar
Ditanya pendapatnya terhadap sosok pendamping, Yalisokhi Laoli, Faigiasa mengatakan tidak tertutup kemungkinan, yang penting mereka dipilih masyarakat bukan karena uang. Menurutnya, membeli suara rakyat itu sudah termasuk korupsi. Dia pun membeberkan di beberapa daerah yang tadinya kepala daerahnya hanya ingin mencari jabatan dengan mengadanlkan uang, sehingga pembangunan tak tampak, dah bahkan beberapa diantaranya berurusan dengan hukum karena korupsi.
“Kalau Tuhan mengizinkan tentu tidak ada yang mustahil, sepanjang rakyat betul-betul mau memilih kami. Saya sudah sampaikan sama pak Yalisokhi, kalau karena uang kita dipilih, lebih baik gak usah jadi bupati. Kalau menyogok, saya tidak mau. Duit memang kita butuh untuk operasionl dan sosialisasi, tapi kan tidak begitu besar,” ujarnya.
Faigiasa membeberkan pengalamannya saat mencalonkan diri sebagai Bupati Nias pada pilkada tahun 2015 lalu, tidak mengandalkan uang. Bahkan untuk biaya operasinoal dan sosialisasi hanya menghabiskan dana sebesar Rp800 juta. Namun waktu itu, dewi fortuna belum berpihak.
“Pokoknya, kalau bayar duit untuk beli suara saya tak akan mau. Lebih baik tidak usah jadi pejabat. Tidak usah jadi bupati, kalau main uang, karena itu nanti akan merusak,” imbuhnya.
Menurut Faigiasa, jika nantinya terpilih sebagai Bupati Nias, dia akan fokus pada peningkatan perekonomian masyarakat, melalui lima program pembangunan dasar, yakni: infrastruktur, pendidikan, kesehatan, birokrasi, dan faktor keamanan.
“Pembangunan harus fokus, pembangunan infrastruktur sangat penting tidak ada tawar menawar. Kalau ekonomi masyarakat sudah bagus, korupsi akan hilang dengan sendirinya,” katanya.
Menjawab pertanyaan BENTENG TIMES, apakah dirinya bersama Yalisokhi Laoli akan maju melalui dukungan partai politik atau jalur independen, Faigiasa mengatakan bahwa sampai saat ini pihaknya belum memutuskan. Namun, dia memastikan jika parpol akan meminta mahar pihaknya akan memilih jalur perseorangan.
“Dukungan parpol perlu, tapi jika partai politik masih memiliki gaya-gaya lama dengan meminta mahar, saya tak akan mau. Saya tidak mau membayar mahar politik. Apalagi sudah ada keputusan Mahkamah Konstitusi (MK), jalur independen cukup mengumpulkan fotocopy KTP warga 10 persen dari jumlah pemilih sah. Artinya, kalau kita perkirakan pemilih sah Kabupaten berkisar 70.000 orang, kita cukup mengumpulkan 7.000, dan itu pasti mampu. Pada pilkada sebelumnya, saya mampu mengumpulkan 13.000 fotocopy KTP warga,” ungkapnya.
Baca: Polres Nias Kembali Didemo, Massa Forum MPKN Pertanyakan Kasus Lama
Baca: Polres Nias Dinilai Lamban Tangani Kasus Dugaan Proyek Fiktif di Nias
Pada kesempatan itu, Faigiasa berharap kepada masyarakat Kabupaten Nias pada pilkada mendatang, agar mampu menjadi pemilih cerdas, tidak memilih karena seiman, atau karena ada hubungan keluarga, karena uang maupun karena satu daerah.
“Masyarakat harus cerdas memilih. Pilih orang yang memiliki kemampuan dan yang memiliki niat tulus membangun daerah ini. Memang kalau begini terus cara pemilihan kepala daerah dan legislatif yang dipertontonkan selama ini, terjadi jual-beli suara, maka orang-orang yang memiliki integritas, yang menyuarakan kebenaran yakinlah tidak bakalan terpilih,” ujarnya.
Senada dengan itu, Yalisokhi Laoli juga mengaku dirinya siap mendampingi Faigiasa Bawamenewi pada Pilkada Kabupaten Nias pada tahun 2020 mendatang. Namun, pihaknya juga akan melihat perkembangan dukungan dari masyarakat Nias.
“Sudah sewajarnya kalau masyarakat sudah mulai membicarakan calon pemimpinya pada pilkada mendatang. Saya memang berpikir soal itu, namun kita lihat perkembangan dukungan dari masyarakat Nias. Saya setuju dengan bapak Faigiasa, kalau memang harus membayar mahar kepada parpol, tentu kemungkinan lainnya kami maju melalui jalur independen,” tandas Yalisokhi.