MEDAN, BENTENGTIMES.com – Semua pihak diimbau mewaspadai gentayangannya arwah Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) di Pilkada Sumatera Utara. Meski secara organisatoris sudah mati setelah dibubarkan pemerintah dan kalah di PTUN, tapi nyatanya arwah HTI tetap ada.
Demikian disampaikan Ketua Umum Pujakessuma Nusantara Suhendra Hadi Kuntono karena melihat spanduk-spanduk dan baliho-baliho bernada provokatif dan bernuansa SARA yang bertebaran di hampir seluruh wilayah Sumut, terutama di Medan.
(BACA: PDIP: Politik SARA Tidak Laku di Malaysia, Indonesia Tidak Boleh Ketinggalan)
Salah satu baliho bertuliskan “Larangan memilih/mengangkat kafir sebagai pemimpin lebih banyak daripada larangan berzina, memakan babi, dan meminum khamar/miras”.
“Spanduk tak terkecuali terpasang di tempat-tempat ibadah,” kata Suhendra, Minggu (24/6/2018).
Pujakessuma Nusantara merupakan ormas putra-putri Jawa Kelahiran Sumatera, Sulawesi dan Maluku. Suhendra menyebut bahwa polarisasi di Pilkada DKI bisa terjadi di Pilkada Sumut. Karenanya dia menegaskan harus waspada dengan arwah HTI.
“Ini berbahaya karena bisa memecah belah masyarakat Sumut. Jangan sampai polarisasi masyarakat ke dalam dua kubu yang terjadi di Pilkada DKI Jakarta terjadi pula di Pilkada Sumut. Untuk merukunkan kembali butuh waktu lama,” jelasnya.
(BACA: Presiden Mahasiswa USU Tegaskan Jangan Jual Isu SARA di Sumut)
Suhendra mensinyalir, spanduk dan baliho bernada provokatif dan bernuansa SARA tersebut dipasang oleh pendukung Eramas karena frustrasi elektabilitas atau tingkat keterpilihan jagoannya kalah dari DJOSS. Hal ini terlihat dari hasil sejumlah lembaga survei.
“Program pasangan yang mereka dukung juga tidak lebih baik dari program DJOSS, sehingga mereka menggunakan isu SARA untuk mengalahkan DJOSS. Ini persis dengan yang terjadi di Pilkada DKI Jakarta,” sebutnya.