MEDAN, BENTENGTIMES.com – Debat publik ketiga Pilgub Sumatera Utara 2018 berlangsung panas. Salahsatu segmen yang paling menohok ketika masing-masing pasangan calon diminta memberikan tanggapan terhadap gambar karikatur.
Pasangan calon nomor urut 2 yang pertama mendapatkan kesempatan diminta memberi tanggapan pada karikatur dua sosok manusia menggambarkan sedang menghambur-hamburkan uang ke arah kursi singgasana kepemimpinan.
(BACA: KPK Periksa Pihak Swasta di Mako Brimob, Anif dan Ijeck Datang Bersamaan)
H Djarot Saiful Hidayat mengungkapkan keprihatinan terhadap kasus korupsi berjamaah di Sumatera Utara. Pemimpin anti korupsi ini menyebutkan bahwa dua sosok gambar manusia itu sedang menghambur-hamburkan dana bansos (bantuan sosial). Sebagaimana kasus korupsi berjamaah yang masih ditangani KPK hingga kini.
Menurut Djarot, tindakan demikian antara lain yang membuat Sumut semakin terpuruk. Oleh karena itu, pasangan Djarot-Sihar (DJOSS) sudah menyiapkan sistem e-Planning, e-Budgeting, e-Governence. Dan, semuanya transparan agar publik bisa melihat langsung arah kebijakan pemerintah provinsi ke depan.
Sementara, menurut paslon nomor urut 1 Edy Rahmayadi, hal itu sudah lewat dan sudah dihukum. Sehingga menurutnya tidak perlu diperpanjang.
(BACA: Masyarakat Harus Mendapatkan Haknya Terutama di Bidang Agraria)
Tapi Djarot tidak berhenti. Pemimpin sarat pengalaman ini kembali mempertanyakan kapasitas Musa Rajekshah, bagaimana dia bisa menegakkan keadilan sementara dia sendiri juga dipanggil KPK untuk memberikan kesaksian soal kasus korupsi yang membelit mantan Gubernur Sumut Gatot Pujo Nugroho, mantan Ketua DPRD Sumut Ajib Shah dan koleganya di DPRD Sumut.
Bagi Djarot, tidak perlu waktu lama untuk mengetahui persoalan tersebut karena masalah korupsi menjadi persoalan serius di Sumatera Utara. Itulah sebabnya, dia bersama Sihar Sitorus berkomitmen menjalankan pemerintahan Provinsi Sumut ke depan yang bersih dari korupsi, menjadikan Sumut, semua urusan mudah dan transparan.
Oleh sebab itu, Djarot menegaskan penegakan hukum mutlak harus ditegakkan. Yang salah harus mempertanggungjawabkan perbuatannya.
Masalah iman, masih kata Djarot, semua beriman kepada TYME. Salahsatu indikatornya adalah memberikan pelayanan dengan ikhlas, welas asih, melayani tanpa melihat suku, agama, ras dan antar golongan.