Pengamat Politik Ingatkan ERAMAS, Pasangan DJOSS Siap Menyalip

Share this:
Pengamat Politik USU Dadang Darmawan

MEDAN, BENTENGTIMES.com – Pasangan Djarot Saiful Hidayat-Sihar Sitorus dinilai terus memperlihatkan trend positif dalam menjaring simpati pemilih dalam Pilgubsu 2018.

Berdasarkan jajak pendapat dari empat lembaga survey, elektabilitas duet berjargon DJOSS itupun terus mengalami peningkatan.

Cukup berbeda dengan elektabilitas pasangan Edy Rahmayadi-Musa Rajekshah (ERAMAS) yang masih terbilang kumulatif. Dalam survey terakhir yang baru diumumkan lembaga riset PRC, elektabilitas DJOSS memang berada di angka 38,4 persen. Selisih 13 persen dengan pesaingnya Eramas yang unggul di angka 48,7 persen.

Pengamat politik dari Universitas Sumatera Utara Dadang Darmawan mengatakan, trend positif DJOSS dipengaruhi berbagai factor, diantaranya adalah persoalan penerapan strategi.

Menurut Dadang, sejak awal ERAMAS hanya terus menunjukkan strategi mempertahankan kemenangan. Karena sejak nama Edy bergaung bakal menjadi cagub, elektabilitas mantan Pangdam I/BB itu memang cukup melesat. Apalagi Edy sempat menjabat Pangkostrad.

“Ektabilitas yang tinggi sejak awal tidak kelihatan lagi sekarang. Karena, Djarot berhasil mengidentifikasi kelemahan yang ada pada mereka. Dan, adanya faktor eksternal yang turut mempengaruhi suara Djarot,” ungkap Dadang, Jumat (20/4/2018).

Gagalnya pasangan JR Saragih-Ance Selian maju dalam pertarungan politik, juga dianggap berpengaruh besar dalam peningkatan elektabilitas DJOSS. Terlebih, ketika massa JR-Ance terlihat mengalihkan dukungannya ke DJOSS.

Lebih jauh Dadang menuturkan, pasangan ERAMAS seperti tidak punya strategi lain selain strategi agama.

“Jadi mereka kehilangan variabel-variabel pengaruh yang lain. Jadi hanya satu variabel saja yang dominan. Dan itu, seolah -olah kalau menurut yang kita lihat, terjebak pada opini yang dikembangkan di tengah-tengah masyarakat, bahwa satu-satunya cara agar ERAMAS bisa menang adalah dengan isu agama,” paparnya.

Hal itupun dimanfaatkan betul oleh DJOSS yang menyusup ke segala lini. Mereka terus melakukan penetrasi untuk menggaet dukungan.

“Mereka tidak mau terjebak, pada isu primordial, keagamaan, SARA, sehingga membuat begitu banyak upaya lain untuk mempengaruhi pemilih. Mereka masuk ke kelompok mana saja, tanpa ikatan primordial, Djarot berbagi peran dengan Sihar,” jelasnya.

DJOSS semakin berkibar saat mendapat tambahan amunisi dari relawan yang dulunya mendukung Jokowi saat bertarung di Pilpres. Sedangkan ERAMAS hanya mendapat dukungan dari upaya sendiri.

Relawan Jokowi, tentu menjadi keuntungan tersendiri bagi DJOSS. Sehingga mereka tinggal mencari dukungan dari variabel yang lain.

Selisih 13 persen dalam survey PRC adalah hal yang sangat mudah untuk DJOSS. Itu bisa dilampaui lewat faktor lain yang bisa berpengaruh pada pendulangan dukungan.

“Variabel non politik yang akan berpengaruh. Misalnya, urusan saksi dan lainnya, itu akan cukup mempengaruhi,” ujarnya.

Khusus untuk ERAMAS, Dadang mengatakan, pasangan berlatar belakang militer dan pengusaha ini harus melakukan evaluasi agar tidak kecolongan suara. ERAMAS juga harus bisa lebih terbuka terhadap masukan dari masyarakat.

“Intinya, ERAMAS harus melakulan evaluasi dan membuka diri. Hanya itu yang bisa mendorong dan mengimbangi DJOSS,” tandasnya.

Share this: