Menghabiskan Malam Bersama Warga, Djarot Nonton Pertunjukan Wayang Kulit
- BENTENGTIMES.com - Rabu, 21 Mar 2018 - 22:55 WIB
- dibaca 436 kali
BENTENGTIMES.com – Setelah seharian melayani pertemuan dengan masyarakat di sejumlah titik di Kota Pematangsiantar dan Kabupaten Simalungun, Djarot Syaiful Hidayat beranjak ke Kampung Marihat Tempel Rabu (21/3/2018) malam.
Di permukiman penduduk tepian perkebunan PTP Nusantara IV itu ia berbaur dengan warga menghabiskan malam menonton pertunjukan wayang kulit.
Antara Djarot dengan warga sama sekali tak ada jarak. Mereka seenaknya tertawa lepas tatkala abdi dalang Sauji membacakan narasi kisah perwayangan dengan melucu.
Penonton yang berada di balik kelir (layar yang terbuat dari kain putih, red) tak kalah hebohnya saat abdi dalang yang juga menjadi narator dialog tokoh-tokoh wayang melucu. Apalagi penonton anak-anak ikut tertawa lepas saat melihat bayangan wayang dengan gerakan-gerakan lucu.
Sampailah sekitar pukul 23.00 WIB, malam lebih, kisah perwayangan menyampaikan pesan tentang sosok Djarot Syaiful Hidayat, sarat pengalaman, pemimpin tauladan, bijak dan tegas.
(Baca: Sambutan Warga Luar Biasa, Djarot Yakin Menang Mutlak di Siantar Simalungun)
Mas Tono, salahseorang panitia penyelenggara menyampaikan bahwa pertunjukkan wayang kulit merupakan bahagian dari melestarikan seni tradisional Indonesia. Dengan menggelar pertunjukkan wayang kulit dapat mengenalkan karya kebudayaan yang mengagumkan kepada generasi muda.
Mengenai kehadiran Djarot Syaiful Hidayat, sambung Mas Tono, sengaja diundang untuk bertemu ramah dengan masyarakat.
“Kita di sini sekaligus silaturahmi,” ujar Mas Tono.
Untuk diketahui pertunjukan wayang kulit telah diakui oleh UNESCO pada tanggal 7 November 2003, sebagai karya kebudayaan yang mengagumkan dalam bidang cerita narasi dan warisan yang indah dan berharga.
Wayang berasal dari kata ‘Ma Hyang’ yang artinya menuju kepada roh spiritual, dewa, atau Tuhan Yang Maha Esa. Ada juga yang mengartikan wayang adalah istilah bahasa Jawa yang bermakna ‘bayangan’, hal ini disebabkan karena penonton juga bisa menonton wayang dari belakang kelir atau hanya bayangannya saja. Wayang kulit dimainkan oleh seorang dalang yang juga menjadi narator dialog tokoh-tokoh wayang, dengan diiringi oleh musik gamelan yang dimainkan sekelompok nayaga dan tembang yang dinyanyikan oleh para pesinden. Dalang memainkan wayang kulit di balik kelir, yaitu layar yang terbuat dari kain putih, sementara di belakangnya disorotkan lampu listrik atau lampu minyak (blencong), sehingga para penonton yang berada di sisi lain dari layar dapat melihat bayangan wayang yang jatuh ke kelir. Untuk dapat memahami cerita wayang (lakon), penonton harus memiliki pengetahuan akan tokoh-tokoh wayang yang bayangannya tampil di layar.
Secara umum wayang mengambil cerita dari naskah Mahabharata dan Ramayana, tetapi tak dibatasi hanya dengan pakem (standard) tersebut, ki dalang bisa juga memainkan lakon carangan (gubahan). Beberapa cerita diambil dari cerita Panji.