Anda Perlu Tahu Biar Jangan Asal Pilih
- BENTENGTIMES.com - Selasa, 6 Feb 2018 - 13:24 WIB
- dibaca 2.131 kali
Kemenangan Djarot hingga dua periode memiliki alasan yang kuat. Sebagai seorang pimpinan di Kota Blitar, Djarot sangat membatasi adanya kehidupan metropolitan yang serba mewah di kotanya, seperti berdirinya pusat perbelanjaan/mall modern dan gedung-gedung pencakar langit. Ia lebih suka menata pedagang kaki lima yang mendominasi roda perekonomian di kotanya.
Dengan konsep matang yang telah ia rencanakan, Djarot berhasil menata ribuan pedagang kaki lima yang dulunya kumuh di kompleks alun-alun kota menjadi tertata rapi. Rencana yang ia terapkan ternyata berhasil mendongkrak perekonomian di Blitar, tanpa adanya mall dan supermarket layaknya di kota-kota besar.
Djarot dikenal warganya sebagai walikota yang merakyat, sederhana dan gemar blusukan untuk melihat kondisi langsung di lapangan. Bahkan, ia lebih memilih menggunakan sepeda untuk melihat kondisi langsung rakyatnya. Kota Blitar di bawah kepemimpinannya mendapat gelar adipura 3 kali berturut-turut, yakni pada tahun 2006, 2007 dan 2008.
Prestasi Djarot yang sering dibincangkan adalah pembangunan Rumah Sakit Mardi Waluyo yang bertaraf nasional. Jika melihat dari prestasi dan gaya dari kepemimpinannya, tak heran jika Djarot mampu memimpin kota Blitar hingga dua periode.
Bahkan, Djarot mendapatkan suara sebesar 70 persen pada Pilkada Kota Blitar. Itulah mengapa Djarot menjadi 10 Kepala Daerah terbaik tahun 2008 versi Majalah Tempo.
Atas kontribusi positif yang telah ia buat sebagai seorang walikota, ia mendapat penghargaan Komite Pemantauan Pelaksanaan Otonomi Daerah pada tahun 2008. Djarot juga mendapatkan Penghargaan Terbaik Citizen’s Charter Bidang Kesehatan.
Jelas saja. Selama sepuluh tahun, pendapatan asli daerah kota seluas 32,58 kilometer persegi itu mengalami peningkatan. Sebelum tahun 2000, PAD Kota Blitar sekitar Rp2,5 miliar. Sedangkan sembilan tahun kemudian, PAD-nya melonjak menjadi Rp39,86 miliar.