Final Piala Dunia 2018: Pertemanan yang akan jadi Permusuhan
- BENTENGTIMES.com - Minggu, 15 Jul 2018 - 18:16 WIB
- dibaca 516 kali
“Tak bisa disangkal lagi. Kualitas Modric terukur dengan fakta sejak babak grup, sementara Varane – Umtiti memiliki bukti statistik yang empirik. Jadi, tiga nama tersebut memang bakal menjadi sentral, meski pemain lain tak bisa dimentahkan begitu saja,” ungkap Roxburgh.
Pelatih Kroasia, Zlatko Dalic sependapat dengan Roxburgh. Setidaknya, dari sisi strategi, ia mengaku terus berpikir bagaimana cara memecah sistem pertahanan Prancis.
Fakta membuktikan, duet Varane – Umtiti hanya kebobolan via open play, yakni kala bersua Argentina. Lalu, gol Australia datang dari titik penalti. “Itu menjadi motivasi, dan kami akan menemukan itu,” tegas Dalic.
Spirit Kroasia
Komentar Dalic dilandasi spirit memberi hadiah lanjutan untuk hari kemerdekaan Kroasia pada 25 Juni lalu. Gelandang Luka Modric menyebut, mereka tak ingin pulang dengan tangan hampa kala mendapat kesempatan terbuka di depan mata.
“Jutaan masyarakat di belakang kami, sementara puluhan ribu pasang mata ada bersama kami di Luzhniki. Jadi, kami tak akan memberi ruang bagi Prancis,” ancam Modric.
Tantangan Modric mendapat balasan dari kubu Prancis. Gelandang Blaise Matuidi menganggap Kroasia belum layak menjadi jawara dunia. “Momentum itu menjadi milik kami, dan kami akan menyelesaikan tugas ini dengan sempurna,” katanya.
Matuidi tak asal berucap. Komposisi pemain Prancis di pentas Piala Dunia 2018 dianggap mirip dengan apa yang mereka miliki 20 tahun lalu. France Football dan L’Equipe, dua media besar di Prancis, menyebut, tim Didier Deschamps seolah menjadi reinkarnasi dari Zinedine Zidane dkk yang menjadi juara di Stade de France.
Gambaran itu terlihat dari duet Umtiti – Varane yang seperti Marcel Desailly – Frank Lebouf, lalu kualitas Hugo Lloris bak aksi Fabien Barthez. Begitu juga dengan dua bek, Benjamin Pavard dan Lucas Hernandez yang mirip gaya agresinya dengan Lilian Thuram serta Bixente Lizarazu.
Pada area tengah, di sana ada Paul Pogba, N’Golo Kante dan Blaise Matuidi, yang mirip dengan peran Didier Deschamps, Christian Karembeu serta Emmanuel Petit. Meski berbeda gaya, Antoine Griezmann dan Kylian Mbappe bisa menjadi cermin seniman seperti Zidane. Sedangkan Giroud melengkap peran sebagai target man, sama seperti Stephane Guivarc’h.
Fakta Energi Tambahan
Genderang perang sudah dibuka. Setidaknya, Prancis dan Kroasia tengah berada di titik kulminasi motivasi. Les Blues misalnya, datang ke Luzhniki dengan status tak terkalahkan dalam lima pertandingan terakhir kontra Kroasia. Mereka berhasil menuai tiga kemenangan dan dua seri.
Prancis juga hanya kalah sekali dari 14 pertandingan fase knock-out di pentas Piala Dunia, dengan 11 kemenangan dan 2 seri. Kekalahan itu terjadi saat bersua Jerman di perempat final Piala Dunia 2014 (0-1).
Motivasi Prancis semakin tinggi, karena mereka sudah masuk dalam jajaran negara yang berhasil melangkah ke final tiga kali atau lebih. Prancis mengikuti jejak Jerman (8 kali), Brasil dan Italia (6), Argentina (5) dan Belanda (3).
Namun, Kroasia juga tak bisa dipandang remeh. Mereka menjadi negara ke-13 yang mampu merangsek ke partai final. Sebelumnya, dua negara yang baru merasakan partai final adalah Prancis (1998) dan Spanyol (2010).
Mental Kroasia menjadi senjata ampuh. Bagaimana tidak, Luka Modric dkk berstatus tim pertama yang mampu mencapai babak final Piala Dunia dengan melakoni tiga partai beruntun via perpanjangan waktu.
Kini, publik bakal menjadi saksi apa yang bakal terjadi dengan final Piala Dunia 2018. Sudah pasti catatan sejarah bakal terjadi, namun apakah Prancis atau Kroasia, itulah yang layak kita tunggu.
Prakiraan Pemain
Prancis: Hugo Lloris; Benjamin Pavard, Raphael Varane, Samuel Umtiti, Lucas Hernandez; Paul Pogba, Ngolo Kante; Kylian Mbappe, Antoine Griezmann, Blaise Matuidi; Olivier Giroud.
Kroasia: Danijel Subasic; Sime Vrsaljko, Dejan Lovren, Domagoj Vida, Ivan Strinic; Ivan Rakitic, Marcelo Brozovic; Ante Rebic, Luka Modric, Ivan Perisic; Mario Mandzukic.