Kisah Mohamed Salah: Liverpool adalah Takdirnya, Usai Lalui Jalan Terjal di London dan Jembatan Panjang di Italia (bag-3-habis)
- BENTENGTIMES.com - Minggu, 29 Apr 2018 - 10:16 WIB
- dibaca 587 kali
MEDAN, BENTENGTIMES.com – Berbicara klub yang dibela Mo saat berada di Premier League, yaitu Chelsea dan Liverpool, ternyata kedua ini ada sangkut pautnya dengan kepindahan Mo dari Swiss beberapa tahun yang lalu.
Mo yang saat itu membela FC Basel ternyata memang sudah dipantau oleh Liverpool dan bersiap untuk direkrut pada awal tahun 2014 lalu untuk melapis Luis Suarez dan Daniel Sturridge saat itu.
“Sulit untuk direkrut,” kata Rodgers saat itu dikutip dari laman Telegraph. “Ini bicara tentag keseluruhan kesepakatan, tidak hanya dengan pemain dan agen tapi juga Basel sebagai klub sepakbola. Hal ini dianggap dalam kasus ini bahwa kita tidak bisa melakukan kesepakatan dan Chelsea bisa. Jadi anak itu (Mo) sudah pergi ke sana,” lanjutnya.
(BACA: Kisah Mohamed Salah: Kericuhan ‘Memaksanya’ Hengkang dari Mesir Menuju Eropa (bag-1))
Upaya Chelsea untuk menikung di menit-menit akhir membawa pemuda Mesir tersebut ke Satmford Bridge.
Jika saja kesepatan antara Liverpool dan Basel benar-benar resmi dan Mo hengkang ke Liverpool lebih cepat, bukan tak mungkin Liverpool bisa berpeluang untuk juara (saat itu) dan bukan tak mungkin juga Mo akan menjadi idola publik Anfield sejak lama bersama Phelipe Coutinho, misalnya.
Atau bukan tak mungkin juga jika Mo cemerlang pada 2014 di Liverpool, bisa jadi ia sudah bermain untuk Barca atau Real Madrid saat ini.
“Saya tidak melihat dia bermain saat ia di Chelsea. Saya melihatnya saat masih di Basel lalu berada di luar jangkauan radar saya. Lalu saya melihatnya lagi di Fiorentina. Saya tidak melihat beberapa permainannya di Chelsea, itu adalah 19 (kali bermain) atau sesuatu yang saya pernah baca. Itu biasanya bukan angka buruk bagi pemain muda di tahun pertama mereka di Chelsea, tapi dia ingin bermain lebih banyak,” ungkap Jurgen Klopp, pelatih Mo saat ini di Liverpool.
“Saya tidak tahu apa-apa tentang mengapa dia pergi ke Chelsea. Aku tidak tertarik dengan situasinya dulu. Tapi, jika dia bermain lebih baik di Chelsea saat itu, mungkin kami (Liverpool) tidak akan memilikinya saat ini, jadi saya bahagia,” lanjutnya.
Klopp benar. Jika Mo bermain bagus di Chelsea, sudah pasti kini Mo masih membela Chelsea dan membuat sisi sayap Chelsea mengerikan bersama Mo di kanan dan Eden Hazard di kiri.
Namun takdir Tuhan telah menuntun Mo untuk membela Liverpool saat ini setelah melalui jalan terjal di London dan jembatan panjang di Italia.
Di awal karier di Italia pun, Mo bisa dibilang biasa saja. Bahkan Fiorentina selaku klub yang dipinjamkan oleh Chelsea sempat mengeluhkan perihal kontrak peminjaman yang akhirnya ditebus oleh Roma kepada Chelsea.
Percaya atau tidak, sepanjang kariernya di Eropa, tampaknya Mo hanya akrab dan bersinar saat tim yang ia bela mempunyai aksen merah di seragamnya.
FC Basel yang merah-biru, Liverpool dan Roma jelas-jelas berjuluk si Merah di negaraya masing-masing. Chelsea dan Fiorentina? Warna biru dan ungu tampaknya kurang terlalu bersahabat dengan Mo sejauh ini.
Tentu saja, itu hanya guyonan saja. Kondisi Mo yang mampu mengeluarkan kemampuan maksimalnya tentu ditunjang dengan adaptasi serta taktik yang cocok dengan dirinya.
Liverpool dan Roma mampu membuat Mo maksimal. Bahkan kini tim nasional Mesir pun mampu memaksimalkan dirinya sampai-sampai Mesir mampu menembus Piala Dunia lagi setelah sekian lama.
Karier Mo benar-benar dalam masa penanjakan menuju titik tertinggi jika dianalogikan dalam permainan rollercoaster; ia memulainya dengan cepat, melesat menuju Eropa di usia muda dan berada di klub bear macam Chelsea lalu tiba-tiba berputar kembali di bawah saat sudah berada Chelsea dan Fiorentina.
Kemudian Roma menjadi pendakian selanjutnya menuju Liverpool musim ini, dan tentu saja menarik untuk menunggu kejutan apalagi lagi yang akan dihadirkan rollercoaster karier sepakbola dari pemain terbaik benua Afrika 2017 versi BBC ini.