KARO, BENTENGTIMES.com – Jabatan yang diemban Letnan Kolonel (Letkol) Infantri Anjuanda Pardosi SE MSi saat ini sebagai Komandan Yonif (Danyon) 125/Simbisa diraih dengan penuh perjuangan. Walau berasal dari keluarga yang latar belakang ekonomi yang pas-pasan, namun tekat dan perjuangan yang kuat berhasil mengantarkan dirinya menjadi orang yang sukses seperti saat ini.
Baca: 500-an Pasukan Danyonif 125/SMB Tanah Karo Aman dari COVID -19
Baca: Perbakin Karo Terbentuk, Ini Tantangan Danyon 125 SMB
Diwawancarai BENTENG TIMES, baru-baru ini, Letkol Inf Anjuanda Pardosi menceritakan bahwa dirinya adalah anak bungsu dari 7 bersaudara dari pasangan Amintas Pardosi yang berprofesi sebagai petani dan Yohana br Pasaribu, yang lahir di Desa Parsoburan, Kabupaten Toba, 21 Desember 1977 silam.
“Saya tidak pernah membayangkan bisa menjadi seperti sekarang ini karena latar belakang keluarga yang dulunya hanya hidup pas-pasan. Pekerjaan orangtua saya hanya petani biasa. Selepas menamatkan Sekolah Dasar di Santo Pius Parsoruan Tobasa, keluarga kami pindah ke Kabupaten Karo,” kisah suami dari Asti br Pasaribu ini.
Lebih lanjut diceritakan, di Kabupaten Karo dirinya melanjutkan Sekolah Menengah Pertama di Xaverius Jalan Katepul Kabanjahe. Awalnya dia tinggal bersama saudara di lingkungan Batalyon Infanteri 125/Simbisa Kabanjahe sampai menyelesaikan kelas 1. Di kelas 2 SMP, dia memilih tinggal di rumah kos bersama dua orang temannya.
“Menyadari ekonomi keluarga yang pas-pasan, usai pulang sekolah saya cari kegiatan sampingan sebagai tukang semir sepatu.Saya masih ingat waktu itu saya menjadi tukang semir sepatu pada tahun 1991,” ujar ayah dari Abigail Aminter Pardosi dan Clarayuke Amelia Pardosi ini.
Baca: 75 Pati TNI Dimutasi, Dua Orang Batak, Ini Daftar Lengkapnya..
Baca: 450 Prajurit TNI Batalyon-122/TS Dikirim ke Perbatasan Papua Nugini
Dia melakukan pekerjaan itu untuk bisa membiayai sekolah sendiri, untuk meraih cita-citanya. Katanya, kesadaran ini bertumbuh karena pesan ayah yang selalu mengajarkan tentang kunci kehidupan agar tetap tekun, sabar, tidak sombong serta suka menolong.
“Menjadi tukang semir sepatu sekitar satu tahun, demi melanjutkan mimpi saya. Setelah berhasil menamatkan SMP, saya melanjutkan masuk di SMAN 1 Kabanjahe,” ujarnya.
Di SMA pun, dia tetap menyemir sepatu seusai pulang sekolah. Kadang bukan hanya sebagai tukang semir sepatu saja, pekerjaan lain pun ia lakukan guna meringankan beban orangtua untuk meneruskan pendidikannya saya ke perguruan tinggi.
Baca: Brigjen TNI Jusua Ginting Serahkan Bantuan ke Moderamen GBKP
Baca: Cerita Ibunda TNI AD Asal Simalungun yang Gugur Dalam Misi Perdamaian PBB di Congo
“Usai menamatkan kuliah, saya masuk ke PTKI (Perguruan Tinggi Teknologi Kimia) Kota Medan. Namun di semester VI, sekitar tahun 1998, saya memutuskan berhenti kuliah. Saya memilih untuk melanjutkan pendidikan di Akademi Militer (Akmil). Kala itu, lantaran krismon (krisis moneter), saya memilih jalur pendidikan Akmil. Tidak dikenakan seperser pun biaya masuk Akmil,” ujarnya tersenyum.
Anjuanda Pardosi lulus Akmil pada tahun 2002. Walau telah lulus di Akmil, dia tetap mengejar mimpi yang sempat tertunda, yaitu melanjutkan pendidikan di perguruan tinggi. “Maka saat bertugas di Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat (Kostrad), saya melanjutkan pendidikan Strata-1 Fakultas Ekonomi hingga meraih gelar MSi (Strata-2) di Bandung, Jawa Barat,” kisahnya lagi.
Dan, pada tahun 2007, Anjuanda Pardosi menikah dengan Asti br Pasaribu dan telah dikaruniai dua orang anak.
“Saya ingin menyampaikan apa yang kini saya terima dan miliki merupakan buah hikmah dari keteguhan, kesabaran dan menjalankan nasihat orangtua. Prinsip hidup ini juga saya tanamkan kepada kedua anak saya. Semoga kisah ini bisa diambil manfaatnya buat para pelajar di kabupaten ini,” pesannya menutup wawancara.
Baca: Oknum TNI Terlibat Bentrok dengan Sekelompok Pemuda di Desa Merek Karo
Baca: ‘Ditengah Kesendirian’, Purnawirawan TNI Ini Selalu Bersyukur Ditemani KIS
Diketahui, terhitung sejak 14 Maret 2019, Letkol Inf Anjuanda Pardosi resmi menjabat Danyon 125/Simbisa. Tongkat komando diserahkan Komandan Brigade Infanteri (Danbrigif) Kolonel Inf Freddino Janen Silalahi dalam upacara serah terima jabatan dari Letkol Inf Victor Andhyka Tjokro kepada Letkol Inf Anjuanda Pardosi.