Benteng Times

Perjuangan Eki demi Mengejar Impian: Menyemir Sepatu Sepulang Sekolah

Eki Sadar Nduru saat menyemir di Warung Kopi Arih Ersada Kabanjahe, Jumat (10/5/2019) pukul 17.00 WIB.

KARO, BENTENGTIMES.com – Perjuangan Eki Sadar Nduru (10) demi mengejar impian begitu tekun ia kerjakan. Bahkan, dia rela mengorbankan masa bermainnya, yang selayaknya dinikmati anak-anak seusianya, demi mendapatkan biaya untuk sekolah.

Ya, warga Gang Adipura Pajak Singa, Kabanjahe, Kabupaten Karo ini harus menjadi tukang semir sepatu agar bisa memenuhi kebutuhan sekolah untuk meringankan beban ayah dan neneknya.

BACA: Bersih-Bersih Makam Pahlawan di Kabanjahe, Jempol Buat Anak Jalanan Satu Aspal

Siswa SDN 10 Kabanjahe ini harus melakukan pekerjaan tersebut karena tak ada yang bisa membiayai sekolahnya. Ibunya sudah lama meninggal saat dia masih kecil, dan kini maka ia tinggal bersama neneknya. Sedangkan ayahnya jarang pulang ke rumah.

Eki yang diwawancarai bentengtimes.com mengatakan bahwa setiap harinya, selepas pulang sekolah, dia berkeliling di Kabanjahe, khususnya mulai dari Simpang Empat Kabanjahe sampai terminal bus untuk mencari warga yang ingin menyemir sepatu. Seluruh warung sepanjang jalan dia singgahi.

“Saya anak tunggal dari pasangan Aprilia Nduru dan ibu saya sudah lama meninggal sewaktu saya masih kecil. Saya belum sempat ingat dan mengenal wajah ibu,” kata Eki yang saat ini duduk di kelas 4 SD saat ditemui di Warung Kopi Arih Erasada Jalan Veteran Kabanjahe, Jumat (10/5/2019) pukul 17.00 WIB.

BACA: Organisasi Sekolah Lingkungan SMKN 1 Kabanjahe Dikukuhkan

Eki sudah sekitar 3 tahun menekuni pekerjaan ini dengan penghasilan rata-rata Rp20 ribu-Rp25 ribu per hari. Dan, sepulang menyemir, dia menyerahkan uang tersebut kepada neneknya untuk kebutuhan sekolah dan jajannya sehari-hari.

“Saya tidak tahu saya senang atau tidak melakukan pekerjaan ini. Bagi saya, ini merupakan sebuah kewajiban saja,” ujar Eki ketika ditanya apakah senang atau tidak melakukan pekerjaan ini.

Eki juga bercerita suka duka melakukan pekerjaan ini. “Kalau dukanya, dulu di awal-awal nyemir, saya sering dimintai uang sama preman. Kalau sekarang sudah enggak lagi. Kalau senangnya, saat banyak yang nyemir sepatu dan sebagian orang ngasih lebih dari tarif yang ditentukan. Misalnya, tarif semir sepatu kan Rp3 ribu, tapi kadang ada yang kasih Rp10 ribu sampai Rp20 ribu,” jelas anak yang bercita-cita menjadi tentara ini.

Kegigihan Eki juga menuai simpatik dari para pengunjung warung. Erwin Sinulingga, salah seorang pengunjung yang sepatunya disemir Eki mengatakan bahwa dia sangat salut melihat Eki, yang usianya masih sangat muda tapi mampu mengerjakan beban dan tanggung jawab yang belum sepantasnya dia lakukan.

“Saya menyemir sepatu ke dia bukan semata-mata karena sepatu saya kotor, tapi saya simpati melihatnya yang usianya hampir sebaya dengan anak saya di rumah. Orang-orang seperti ini patut kita dukung dan apresiasi. Saya sudah lama perhatikan anak ini, dia memang orang baik,” tuturnya.

Exit mobile version