SIMALUNGUN, BENTENGTIMES.com – Musibah tenggelamnya KM Sinar Bangun di perairan Danau Toba hingga kini masih menyedot perhatian publik di dunia. Salah satu sorotan publik di balik peristiwa yang mengakibatkan hilangnya ratusan penumpang itu adalah sikap Kapten Kapal Feri KMP Sumut II diketahui bernama Dony Max Silalahi, yang dinilai abai.
Cercaan, makian, hujatan pun dialamatkan pada sang kapten karena hanya menyelamatkan tiga orang dari yang diperkirakan ada puluhan penumpang KM Sinar Bangun lainnya yang masih mengapung di lokasi kejadian. Lho, kok bisa?
(BACA: Ratna Sarumpaet ‘Disemprot’ Masyarakat Danau Toba karena Ribut saat Luhut Pimpin Rapat)
Menurut penuturan salahseorang anak buah kapal (ABK) KMP Sumut II kepada BENTENGTIMES.com, Senin (2/7/2018), sebelum kejadian KM Sinar Bangun tenggelam, pada Senin (18/6/2018) lalu, mereka sedang memuat mobil penumpang di Dermaga Simanindo.
Berselang beberapa menit kemudian KMP Sumut 2 baru berlayar tujuan pelabuhan Tigaras, Kecamatan Dolok Pardamean, Kabupaten Simalungun.
Awal mula mereka mengetahui jika ada kapal tenggelam ketika posisi haluan KMP 2 sudah mengarah ke arah Tigaras.
(BACA: Horas Halak Hita Galang Dana Untuk Korban KM Sinar Bangun, Segini yang Terkumpul)
Saat itu, ABK yang memohon namanya tak disebutkan itu mengaku melihat ada kapal dengan posisi menukik di permukaan danau. Kemudian langsung dilapor ke kapten. Setelah dipastikan lewat teropong ada kapal tenggelam, kapten langsung melaporkan kejadian itu lewat radio antara lain ke Kapten KMP Sumut 1, lalu memacu kapal feri dengan kecepatan penuh.
Hanya berselang beberapa menit KMP 2 tiba di lokasi. Sejumlah awak kapal dibantu beberapa penumpang berupaya memberikan pertolongan dengan melemparkan lifejacket ke arah para korban KM Sinar Bangun yang terapung.
Namun saat melakukan penyelamatan, lanjut ABK berkulit hitam manis ini, di lokasi kejadian bukan hanya ada KMP Sumut 2, tapi KMP Sumut 1 dan KM Cinta Damai juga sudah sampai di lokasi kejadian.
Saat kejadian itu, suasana penumpang di KMP Sumut 2 sempat panik. Apalagi muatan kapal penuh.
“Jadi itunya lawei sebabnya, kenapa cuma menyelamatkan tiga penumpang lalu kapten memutuskan melanjutkan perjalanan. Keselamatan penumpang feri pun harus kita pikirkan. Dan lagi, kami lanjut berlayar karena kami tengoknya (lihat, red) kalau KMP Sumut 1 dan KM Cinta Damai sudah ada di lokasi,” pungkas pria berperawakan sedikit gemuk ini, ketika berbincang di salahsatu kedai kopi dekat Dermaga Tigaras.
Sebagaimana diketahui, kata ABK tersebut, dalam musibah kapal tenggelam itu 18 orang berhasil diselamatkan. Sebanyak tiga penumpang selamat yang dievakuasi naik KMP Sumut 2, 1 orang selamat dan 1 korban jiwa dievakuasi lewat KMP Sumut 1 dan 14 orang berhasil selamat setelah dievakuasi regu penyelamat KM Cinta Damai.
“Saat kami tiba di lokasi kejadian, menurut perkiraan saya yang mengapung itu, ya mereka yang selamat itulah. Kubilang begitu, karena sayalah yang saat tiba di lokasi berdiri di haluan kapal feri,” ungkapnya sembari menunjukkan video di channel BENTENGTIMES.com.
“Kalau sekarang kami dibilang raja tega, gak punya nurani, ya mau dibilang apalagi,” ujarnya.
“Jadi, kalau dibilang kami mengabaikan, hal itu diakibatkan menerima informasi secara utuh. Tapi, yakinlah kami akan menyampaikan informasi selengkapnya bagaimana situasi saat upaya penyelamatan.
Ini kan mereka mendapat kisah sepenggal-sepenggal lalu menghujat sang kapten dengan beragam hujatan dan cacian,” katanya.
Sebelumnya, kabar tak sedap itu rupanya sampai ke telinga pengacara kondang Hotman Paris. Dalam akun Instagramnya, Hotman mengunggah sebuah video dirinya yang tengah kecewa saat mengetahui hal tersebut. Sikap abai dua kapal tersebut, kata dia, dilihat olehnya di sebuah video di YouTube.
“Pagi hari aku menangis melihat video YouTube kapal feri yang sangat besar tidak mau menolong kapal yang mau tenggelam. Sampai aku merobek baju kimonoku. Aku lihat YouTube-nya. Kapal feri yang sangat besar menolak menolong ratusan penumpang kapal sinar batu yang mau tenggalam,” ucap Hotman, Sabtu (23/6/2018).
“Itu kapten kapalnya harus diadili, biadab, biadab. Apakah diperintah oleh ownernya, saya enggak tahu,” imbuhnya.
Ucapan Hotman itu sontak memicu reaksi publik. Ada banyak warganet yang sepakat dengan Hotman dan menilai sikap kapten Kapal KMP Sumut 1 dan 2 itu keterlaluan. Bagi mereka, kapten kapal tersebut seharusnya menolong ratusan orang yang saat itu tengah tenggelam.
Belakangan, Kapten KMP Sumut II Doni Max Silalahi angkat bicara. Dodi menepis anggapan banyak orang yang menilainya secara negatif. Sebab, kata dia, dia hanya menjalankan tugas dengan menjamin keselamatan bagi seluruh penumpang kapal yang dibawanya.
“Kalau kita turunkan sekoci mengingat kita sudah melawan angin tidak sanggup kalau menurunkan itu. Life Raft pun (kalau) kita turunkan kita buka itu percuma, karena kita sudah disorong angin terus,” ujar Dodi seperti dikutip dari The Jakarta Observer, Minggu (24/6/2018).
Menurut Dodi, kebijakan yang diambilnya itu atas inisiatifnya sendiri. Namun itu bukan berarti dia sama sekali abai. Sebab, ia sudah berusaha maksimal dengan melemparkan puluhan lifejacket kepada para korban KM Sinar Bangun yang tenggelam. “Kami sudah melemparkan 52 lifejacket,” kata Dodi.
Dari 52 lifejacket yang dilempar itu, tercatat hanya ada tiga orang yang berhasil diselamatkan di kapal tersebut. Sementara di KM Sumut I hanya dapat menyelamatkan dua orang. Total jumlah korban yang tenggelam dan dinyatakan hilang mencapai 178 orang.
Kepala Kantor SAR Medan Budiawan membantah kapal feri tersebut dinilai tak membantu korban yang tenggelam. Menurutnya, pernyataan Hotman tersebut juga tak berdasar.
Sebab, kata dia, fakta di lapangan memperlihatkan KMP Sumut II dan kapal motor milik warga sekitar telah berusaha untuk menyelamatkan kapal yang hendak tenggelam itu.
“Jadi yang saat itu yang menolong KMP Sumut II yang saat itu sangat dekat sekali dengan lokasi kejadian. Lalu juga ada kapal kayu milik warga dan kapal Basarnas,” ujar Budiawan.
Sementara, dari Catatan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) terjadi peningkatan kecepatan angin dari dua hingga tiga meter per detik menjadi enam meter per detik sekitar pukul 17.00 WIB di Kabupaten Samosir atau sekitar Danau Toba.
Kecepatan angin tersebut setara 12 knot dan berpotensi memicu ombak setinggi 75 centimeter (cm) hingga 1,25 meter (m). Cuaca ekstrem inilah yang menghantam KM Sinar Bangun yang kadung kelebihan muatan.