Pernyataan ABK Ini Ungkap Mengapa KMP Sumut II Pergi saat Korban Butuh Pertolongan

Share this:
BMG
KMP Sumut 2 bersandar di Dermaga Tigaras, Simalungun, Senin (2/7/2018).

“Itu kapten kapalnya harus diadili, biadab, biadab. Apakah diperintah oleh ownernya, saya enggak tahu,” imbuhnya.

Ucapan Hotman itu sontak memicu reaksi publik. Ada banyak warganet yang sepakat dengan Hotman dan menilai sikap kapten Kapal KMP Sumut 1 dan 2 itu keterlaluan. Bagi mereka, kapten kapal tersebut seharusnya menolong ratusan orang yang saat itu tengah tenggelam.

Belakangan, Kapten KMP Sumut II Doni Max Silalahi angkat bicara. Dodi menepis anggapan banyak orang yang menilainya secara negatif. Sebab, kata dia, dia hanya menjalankan tugas dengan menjamin keselamatan bagi seluruh penumpang kapal yang dibawanya.

“Kalau kita turunkan sekoci mengingat kita sudah melawan angin tidak sanggup kalau menurunkan itu. Life Raft pun (kalau) kita turunkan kita buka itu percuma, karena kita sudah disorong angin terus,” ujar Dodi seperti dikutip dari The Jakarta Observer, Minggu (24/6/2018).

Menurut Dodi, kebijakan yang diambilnya itu atas inisiatifnya sendiri. Namun itu bukan berarti dia sama sekali abai. Sebab, ia sudah berusaha maksimal dengan melemparkan puluhan lifejacket kepada para korban KM Sinar Bangun yang tenggelam. “Kami sudah melemparkan 52 lifejacket,” kata Dodi.

Dari 52 lifejacket yang dilempar itu, tercatat hanya ada tiga orang yang berhasil diselamatkan di kapal tersebut. Sementara di KM Sumut I hanya dapat menyelamatkan dua orang. Total jumlah korban yang tenggelam dan dinyatakan hilang mencapai 178 orang.

Kepala Kantor SAR Medan Budiawan membantah kapal feri tersebut dinilai tak membantu korban yang tenggelam. Menurutnya, pernyataan Hotman tersebut juga tak berdasar.

Sebab, kata dia, fakta di lapangan memperlihatkan KMP Sumut II dan kapal motor milik warga sekitar telah berusaha untuk menyelamatkan kapal yang hendak tenggelam itu.

“Jadi yang saat itu yang menolong KMP Sumut II yang saat itu sangat dekat sekali dengan lokasi kejadian. Lalu juga ada kapal kayu milik warga dan kapal Basarnas,” ujar Budiawan.
Sementara, dari Catatan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) terjadi peningkatan kecepatan angin dari dua hingga tiga meter per detik menjadi enam meter per detik sekitar pukul 17.00 WIB di Kabupaten Samosir atau sekitar Danau Toba.

Kecepatan angin tersebut setara 12 knot dan berpotensi memicu ombak setinggi 75 centimeter (cm) hingga 1,25 meter (m). Cuaca ekstrem inilah yang menghantam KM Sinar Bangun yang kadung kelebihan muatan.

Share this: