Hernauli Simarmata Bersimpuh dan Menangis: Kami Ingin Pencarian Terus Dilakukan
- BENTENGTIMES.com - Minggu, 1 Jul 2018 - 18:50 WIB
- dibaca 4.049 kali
SIMALUNGUN, BENTENGTIMES.com – Hernauli Simarmata (32) terduduk lesu. Pandangannya kosong. Matanya berkaca-kaca begitu mendengar kabar berseliweran di Dermaga Tigaras yang menyebutkan pencarian korban KM Sinar Bangun bakal dihentikan mengingat berbagai kendala.
Kendala itu, antara lain jasad korban KM Sinar Bangun yang tenggelam di dasar Danau Toba selama 14 hari kemungkinan tidak akan utuh jika harus dievakuasi. Kemudian, pencarian jasad korban di dasar Danau Toba sedalam 450 meter, saat ini masih mengandalkan jaring pukat. Sehingga muncul opsi pencarian dihentikan dan para korban dibiarkan tetap di danau.
(BACA: Tangisan Ibu Korban KM Sinar Bangun: Kemarin Kau Bilang Mau ke Berastagi, Nak…)
Warga Merek Raja Huta, Kecamatan Dolok Pardamean, Simalungun ini pun begitu terpukul atas kabar yang berseliweran tersebut. Ibu dua anak ini merupakan satu sekian banyak keluarga korban kapal tenggelam yang menunggu di Posko Kementerian Sosial di Dermaga Tigaras, Kecamatan Dolok Pardamean, Kabupaten Simalungun, Minggu (1/7/2018) siang.
“Boha ma au on Tuhan. Sedih hian hurasa. Gellengku muse habapaon do (Bagaimanalah nasibku ini Tuhan. Sedih kali kurasa. Mana lagi anakku selalu menangis dan memanggil-manggil bapaknya),” ucap Hernauli dengan mata masih membengkak sambil menggendong anak bungsunya yang masih berumur 2 bulan.
Ia menyebutkan, dari 163 orang penumpang kapal tenggelam yang hilang itu, salah satu adalah suaminya bernama Ismail Cibro (25), alias Pak Eben. Kabar duka itu pertama kali mereka ketahui dari kesaksian salah satu korban selamat bernama Jesika Elpri Sinaga (20), pemuda asal Siraja Huta, Kecamatan Dolok Pardamean, Kabupaten Simalungun.
(BACA: Horas Halak Hita Galang Dana Untuk Korban KM Sinar Bangun, Segini yang Terkumpul)
Kepada keluarga korban, Sinaga menyebutkan jika suami Hernauli, Ismail Cibro sebelum kejadian duduk di sebelahnya saat KM Sinar Bangun berlayar dari Simanindo Kabupaten Samosir ke Tigaras, Simalungun pada Senin (18/6/2018) sore lalu.
“Kami tahu dari teman suami yang selamat, tetangga kampung yang juga sesama panggalas tuak (agen tuak skala kecil),” ungkapnya.
Sejak kejadian, Hernauli untuk beberapa hari kemudian menginap di Dermaga Tigaras bersama-sama dengan para keluarga korban lainnya dengan satu harapan yang sama jasad para korban termasuk suaminya dievakuasi dari dasar Danau Toba.
Tapi beberapa hari belakangan, Hernauli harus pulang pergi ke Siantar, karena dua anaknya masih-masih kecil masih harus butuh perhatian darinya. Hernauli menyebutkan, dari buah perkawinannya dengan Ismail Cibro dia dikaruniai dua orang anak, sulung berusia 2,5 tahun dan si bungsu pada tanggal 5 Juli 2018, ini baru genap berusia dua bulan.
Sejak kejadian suaminya tenggelam, Hernauli terpaksa tinggal bersama saudaranya di Lorong 20, Jalan Tangki Gang Pancur, Kota Siantar.
Hernauli berharap jasad suaminya segera ditemukan, termasuk dengan resiko terburuk jasad tidak utuh.
“Kami ingin pencarian terus dilakukan sampai jasad para korban ditemukan. Ya Tuhan, tunjukkan mukjizatmu bagi kami,” pungkas Hernauli bersimpuh.