Dokter RSU Sidikalang Mogok Kerja, Ratusan Pasien Terlantar, Sekda Ancam Pecat
- BENTENGTIMES.com - Selasa, 5 Jun 2018 - 12:22 WIB
- dibaca 578 kali
SIDIKALANG, BENTENGTIMES.com – Sebanyak 20 an dokter yang bertugas di RSU Sidikalang, Kabupaten Dairi, menggelar aksi mogok kerja, Senin (4/6/2018) pukul 10.15 WIB. Dokter yang berstatus PNS ini meninggalkan ruang pelayanan masyarakat, lalu naik mobil mewah menuju Kantor Bupati di Jalan Sisingamangaraja Sidikalang dengan mengenakan jas putih.
Informasi diperoleh, aksi dimaksud ditujukan untuk menuntut hak-hak tenaga medis. Mereka tidak terima tentang penghapusan jasa medis dan atau insentif bersumber dari Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS).
“Penghasilan jasa medis dan insentif sudah diatur undang-undang dan Perda. Peraturan Bupati tentang larangan tunjangan penghasilan ganda tidak lebih kuat dibanding perda atau undang-undang. Kalau jasa medis mau dihapus, dicabut dulu Perda,” ujar salah seorang dokter.
Di sisi lain, dokter kesal sebab jasa medis dan insentif sejak Januari 2018 belum juga dicairkan.
“Dikemanakan uangnya? Sudah kami tanyakan kepada Direktur RSU, Henry Manik, namun tak diperoleh jawaban memuaskan,” ujar mereka.
Sebelumnya, Sekretaris Daerah Sebastianus Tinambunan menjelaskan, Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menerbitkan surat edaran tentang tunjangan penghasilan ganda. Menurutnya, tenaga medis hanya menerima 1 tunjangan penghasilan. Insentif atau jasa medis. Itu dipilih satu.
Kabar lain menyebut, oknum dokter di RSU Sidikalang juga bertugas di Pemkab Pakpak Bharat. Dokter lainnya masuk sesuka hati, bahkan diduga berpraktek di Medan. Dokter tertentu selalu mengatur waktu buat urus praktek miliknya.
Sementara, akibat aksi mogok itu, sekitar 200 pasien terlantar di RSU Sidikalang. Salah sorang pasien bermarga Sianturi menerangkan bahwa dia sudah menanti sejak pukul 09.00 WIB.
“Sudah mulai jam sembilan aku nunggu. Tak juga ditangani. Cuma sama perawat-perawatlah,” kata Sianturi.
Sementara, Nikson Nainggolan, warga Desa Soban, Kecamatan Siempat Nempu menjelaskan bahwa istrinya hendak memeriksa kehamilan, tapi lama ditunggu, belum juga ada penanganan.
“Kami kok ditelantarkan. Harusnya, dokter masuk sesuai jam kerja. Soal ada problem internal jangan sampai menyusahkan masyarakat. Lihat warga di sana, ada yang ngantuk dan ada yang duduk di tanah hanya untuk penanganan medis,” ujarnya.
Sementara, Kepala Tata Usaha RSU Sidikalang Lilis membenarkan keberangkatan dokter ke kantor bupati. Menurutnya, itu bukan mogok kerja. Dikatakan, hingga siang itu, sebanyak 135 pasien rawat jalan telah terdaftar namun belum juga diurus dokter.
Namun, kedatangan 20 an dokter RSU Sidikalang ke kantor Bupati Dairi diklaim bukan aksi mogok kerja. “Kami bukan mogok. Tujuannya adalah menuntut hak,” kata salah seorang dokter, dr Saut Simanjuntak SPOG, Senin (4/6/2018).
Sebab, sesuai Peraturan Bupati, mulai tahun 2018, jasa medis tidak lagi disalurkan dengan dalih tunjangan penghasilan ganda. Sementara hasil konsultasi ke Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), ujar Saut, hal itu tidak bertentangan.
Saut menjelaskan, usai bertemu Bupati, Johnny Sitohang selama 1 jam, dokter melanjutkan agenda ke Kejaksaan Negeri (Kejari) untuk konsultasi. Menurutnya, dokter kurang paham tentang hukum.
Diterangkan, dalam penanganan pasien, baik BPJS maupun umum, dokter dan tenaga medis lainnya memperoleh jasa dan itulah yang mereka tuntut.
Bahkan, kata Saut, saat itu Sekretaris Daerah Dairi Sebastianus Tinambunan marah-marah kepada dokter. Saut menyebut, mereka diancam pecat dan Sebastianus masuk ke ruangan lalu mengambil foto.
“Kami sudah kerja. Saya sudah melaksanakan operasi. Memang pasien rawat jalan tak mendapat penanganan,” kata Saut.
Soal foto dokter ditemukan tertidur, Saut menyebut, mereka kelelahan. “Kan capek. Ada yang minta makan, terus dibeliin,” ujarnya.
Sementasa, Direktur RSU Henry Manik menyesalkan aksi mogok kaum intelektual itu. Dari sisi etika kedokteran, tentu kategori sangat jelek. Sebanyak 6 pasien terpaksa dirujuk akibat aksi mogok tersebut.