MEDAN, BENTENGTIMES.com – Pasca debat kandidat pertama, Sabtu (5/5/2018) lalu, empat lembaga survei menunjukkan peningkatan signifikan elektabilitas pasangan calon (paslon) Djarot Saiful Hidayat-Sihar Sitorus walau memang belum melampaui paslon Edy Rahmayadi-Musa Rajekshah, yang menunjukkan tren negatif pasca debat.
Namun kini, menjelang debat kedua, berdasarkan survei di media sosial yang dilakukan di website http://pilkada.org/survey/, paslon yang mengusung jargon Eramas itu berhasil disalib pasangan calon Gubernur dan Wakil Gubernur Sumatera Utara Nomor Urut 2 Djarot Saiful Hidayat-Sihar Sitorus.
Hingga Jumat (11/5/2018) pukul 09.30 WIB, Djarot-Sihar meraih 52,9 % suara mengalahkan pasangan Edy-Ijeck yang dipilih oleh 47,1 % netizen.
(BACA: Survei Kompas: Elektabilitas PDIP Teratas)
Menanggapi hal ini, pegiat media sosial Eko Marhaendy menyatakan bahwa keunggulan ini sebagai titik kulminasi dari menguatnya partisipasi ‘undecided voter’ yang mulai memberikan keputusan.
“Netizen itu kan bisa diklasifikasikan sebagai ‘pemilih cerdas,’ meski tidak bisa digeneralisir. Mereka lebih berpeluang melakukan analisa dan perbandingan karena banyak membaca dan menerima informasi,” sebut Eko.
Berkaca pada Debat Publik Pilgub Sumut gelombang pertama, lanjutnya, netizen melihat ada perbedaan signifikan antar paslon.
“Pada debat pertama, Edy-Musa ingin mempertahankan tatanan pemerintahan Sumut yang sudah ada, sementara Djarot-Sihar ingin melakukan perubahan sehingga urusan mudah dan transparan. Kondisi itu yang dipandang netizen bahwa Djarot-Sihar lebih membawa harapan baru dibanding Edy-Musa” jelas Eko.
“Hasil survei beberapa bulan sebelumnya, elektabilitas Djarot-Sihar masih berada di bawah Edi-Ijeck. Situasi itulah yang mendorong undecided voter (netizen) mengambil keputusan yang mempengaruhi peningkatan elektabilitas Djarot-Sihar,” pungkasnya.
(BACA: Ini Tren Elektabilitas Jokowi Vs Prabowo di 4 Lembaga Survei)
Sebelumnya, 4 lembaga survey yang melakukan penelitian terhadap potensi kemenangan Pasangan Calon Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur di Pilkada Sumatera Utara, memperlihatkan bahwa elektabilitas Djarot-Sihar terus mengalami peningkatan.
Hal ini berbeda dengan elektabilitas pasangan Edy Rahmayadi-Musa Rajekshah, yang sejak April cenderung mulai menunjukkan tren negatif. Dalam survei yang diumumkan lembaga riset PRC, elektabilitas Djoss berada di angka 38,4 persen. Selisih 10,3 persen dengan Eramas yang berada di angka 48,7 persen.
Dan yang paling akhir hasil survei dari lembaga Lingkaran Survei Indonesia (LSI) yang diekspos oleh perwakilannya, Ade Mulyana, pada 27 April 2018, selisih Eramas vs Djoss hanya tinggal 10 %.
Hal ini sudah diprediksi sebelumnya oleh pengamat politik dari Universitas Sumatera Utara, Dadang Darmawan yang mengatakan bahwa ektabilitas Edy Rahmayadi, yang tinggi sejak awal kini tidak kelihatan lagi.
“Karena, Djarot berhasil mengidentifikasi kelemahan yang ada pada mereka. Dan adanya faktor eksternal yang turut mempengaruhi suara Djarot, yakni Relawan Jokowi,” kata Dadang, Jumat (20/4/2018).
Lebih jauh lagi, menurut Dadang, pasangan Eramas seperti tidak punya strategi lain selain strategi agama.
“Jadi mereka kehilangan variabel-variabel pengaruh yang lain. Jadi hanya satu variabel saja yang dominan. Dan itu, seolah-olah kalau menurut yang kita lihat, terjebak pada opini yang dikembangkan di tengah-tengah masyarakat, bahwa satu-satunya cara agar Eramas bisa menang adalah dengan isu agama,” ujarnya.