TOBASA, BENTENGTIMES.com – Menjadi pemeluk agama penghayat kepercayaan bukanlah suatu hal yang mudah bagi Tetty Veronika Manurung.
Perempuan kelahiran 20 September 1996 ini adalah satu dari ribuan penganut agama Parmalim yang akhirnya lulus dan mengabdi di kepolisian.
Dilansir dari TribunMedan, Tetty yang kini berpangkat Brigadir Dua (Bripda) menceritakan kegetirannya saat melamar menjadi polisi.
“Waktu saya masih sekolah, Kapolsek Lumbanjulu datang memberikan pengarahan pada siswa. Beliau bilang, Polda Sumut tengah membuka penerimaan calon siswa polisi,” kata Tetty, baru-baru ini.
Mendapat kabar itu, Tetty pun mencari informasi di sekolahnya. Kebetulan, di SMAN 1 Lumbanjulu tempat Tetty belajar, terdapat brosur yang menjelaskan syarat-syarat untuk melamar menjadi polisi.
“Sepulang sekolah, saya ceritakan niat saya ingin menjadi polisi pada ibu. Waktu itu, ibu bilang dia enggak punya uang,” kata anak pasangan Ridwan Manurung dan Roslin Butar-butar ini. Malah, ibunya meminta Tetty untuk kuliah.
Karena sang ibu tidak memiliki biaya, Tetty sempat berpikir ingin menjadi suster saja. Namun, keinginan menjadi polisi justru didukung oleh ayahnya
“Saya awalnya memang enggak kepikiran juga bisa jadi polisi seperti ini. Karena didukung ayah, saya niatkan untuk melamar,” katanya.
Selepas menjalani Ujian Nasional SMA, Tetty pun mengikuti pelatihan di Polres Tobasa. Berbagai tahapan ia jalani hingga akhirnya mendapat pesan singkat dari panitia pendaftaran calon polisi di Polres Tobasa.
“Ketika menjalani tes itu, saya sempat patah semangat juga. Kata panitia, tinggi badan saya hanya 153,5 sentimeter. Dan panitia bilang, saya enggak usah melanjutkan verivikasi berkas ke Polda Sumut,” ungkap Tetty.
Tak mau tanggung-tanggung, Tetty tetap berusaha. Ia kemudian diberangkatkan dari Polres Tobasa ke Polda Sumut bersama calon pelamar lainnya.
Saat berada di Polda Sumut, Tetty sempat pesimis. Apalagi, ia melihat ada ribuan calon polisi lainnya yang ikut mendaftar. Namun, bermodalkan semangat dan doa pada Tuhan Yang Maha Esa, Tetty tetap melanjutkan usahanya itu.
“Ketika mengisi formulir biodata, saya tulis di kolom agama bahwa saya ini adalah Penghayat Kepercayaan Parmalim. Salah satu panitia kemudian mendatangi saya,” ungkap Tetty.
Saat itu, panitia meminta Tetty mengubah agama yang telah ia tulis. Tetty tetap kukuh, dan sempat diolok-olok oleh beberapa panitia.
“Saya dengar ada yang meledek, katanya saya ini menyembah pohon dan batu. Tapi saya jelaskan, bahwa orang Parmalim menyembah Mulajadi Nabolon, Tuhan Yang Maha Esa,” ungkap Tetty berusaha menguatkan diri.
Malam harinya, Tetty tetap berdoa pada Tuhan. Hingga akhirnya, semua doa yang dipanjatkan Tetty dikabulkan. Ketika apel pagi di Polda Sumut, ada seribuan pendaftar gugur. Nama Tetty lolos sebagai calon siswa polisi.
Setelah lulus, ujian sebagai penganut agama kepercayaan tetap berlanjut. Saat menempuh pendidikan di SPN Cisarua, Bandung, Tetty kerap ditanyai mengenai agama yang ia yakini.
Bahkan, Tetty sempat dianggap menyogok ketika lolos menjadi calon siswa polisi. Dan, yang paling menyakitkan, Tetty hampir saja tidak dilantik karena mempertahankan agama yang ia anut.
“Jangan malu jadi Parmalim. Banggalah jadi Parmalim. Tidak ada yang tidak mungkin, jika kita setia dengan apa yang diajarkan oleh Tuhan,” katanya meminta semua penganut agama kepercayaan untuk tetap semangat dan optimis dalam menjalani kehidupan.