Kemalawati: Beliau Bagian dari Keluarga Kami
DELI SERDANG, BENTENGTIMES.com – Calon Gubernur Sumatera Utara H Djarot Saiful Hidayat dan istri Happy Farida Djarot Saiful Hidayat menerima tepung tawar dari keluarga mendiang Abdullah Eteng dalam acara Mengenang 30 Tahun Berpulangnya Almarhum Abdullah Eteng di kediamannya di Jalan Sisingamangajaraja Km 13,5 Tanjung Morawa, Kabupaten Deli Serdang, Senin (23/4/2018).
Kemalawati, salah seorang putri almarhum Abdullah Eteng mengungkapkan, acara ini bertujuan sebagai refleksi bagi mereka anak-anaknya bahwa mereka memiliki sosok ayah yang semasa hidupnya peduli terhadap masyarakat kecil. Juga sebagai refleksi bagi murid-muridnya agar tetap memegang teguh nilai-nilai perjuangan yang ditanamkan almarhum Abdullah Eteng semasa hidup.
“Jadi yang datang ini, kami anak-anaknya dan juga murid-murid mendiang ayah serta keluarga,” ujar Kemalawati.
Mengenai undangan terhadap para calon kepala daerah seperti Calon Gubernur dan Wakil Gubernur Sumatera Utara H Djarot Saiful Hidayat-Sihar Sitorus, Bupati Deli Serdang Anshari Tambunan, yang kembali maju sebagai calon Bupati Deli Serdang berpasangan dengan calon Wakil Bupati Deli Serdang M Ali Yusuf Siregar, Kemalawati mengatakan bahwa mereka adalah bagian dari keluarga.
Dia berharap, kelak apabila memimpin sebagai kepala daerah, agar tidak melupakan nilai-nilai perjuangan almarhum Abdullah Eteng.
“Jadi bukan kampanye. Kami hanya menyatukan mereka. Tapi dengan mereka telah datang ke kediaman orangtua kami, tentu kita berharap para calon kepala daerah: Pak Djarot, Pak Anshari dan Ali Siregar, agar meneruskan nilai-nilai perjuangan almarhum ayahnya,” tukasnya.
Hadir dalam acara itu Wakil Walikota Medan Akhyar Nasution, Anggota DPR RI Irmadi Lubis, Bupati Deli Serdang Anshari Tambunan, calon Wakil Bupati Deli Serdang M Ali Yusuf Siregar.
Untuk diketahui, Abdullah Eteng pernah menjabat Bupati di Asahan selama 8 tahun, yakni periode 1956-1964, Bupati Karo selama 4 tahun dan menjabat Bupati Deli Serdang lebih kurang 1 tahun. Eteng memiliki peran sangat besar dalam perkembangan tiga kabupaten tersebut.
Bahkan almarhum Abdullah Eteng merupakan bupati pertama Kabupaten Asahan, diangkat tahun 1946. Almarhum juga merangkap jabatan sebagai Walikota Kotapraja Tanjungbalai.
Dalam perjalanan hidupnya, Abdullah Eteng juga berperan dalam perjuangan mengusir penjajah Belanda dengan memimpin Gerakan Rakyat Indonesia (Gerindo) Cabang Asahan tahun 1938 hingga 1942.
Almarhum juga sebagai jurnalis yang gigih dan idealis di Harian Sinar Deli tahun 1938-1942 dan sempat menjabat sebagai Pemimpin Redaksi (Pemred) Mingguan Suara Rakyat di Tanjungbalai tahun 1945–1946.
Pada zaman penjajahan Jepang, Abdullah Eteng memimpin Latihan Militer Pemuda Pergerakan Hunung Rintis (Kenkoku Taisin Tai) Asahan dan Labuhanbatu (1944-1945) yang setelah merdeka berubah nama menjadi Napindo. Setelah kemerdekaan diproklamirkan, Abdullah Eteng mengorganisir pemuda, buruh tani dan menjadi Laskar Rakyat.
Pria kelahiran Kampung Mesjid, Kualuh Hilir, Labuhanbatu Utara (Labura), 12 Maret 1912 ini dikenal sebagai tokoh politik yang cerdas, tegas, idealis dan merakyat.
Sepak terjang perjuangan Abdullah Eteng tidak pernah berhenti. Ia memimpin Komite Nasional (KNI) di Asahan bersama Syech Abdul Wahab periode 5 Maret 1945 hingga 3 Agustus 1945.
Bahkan Abdullah Eteng dalam menghadapi agresi Belanda tahun 1947 membangun Angkatan Laut RI bersama Mayor AL Nugrohadi, Mayor Syukur Siregar, Nata dan sejumlah nama lainnya. Komite Nasional Indonesia kemudian melengkapinya satu Batalyon Angkatan Laut RI pada masa itu.
Setelah itu, almarhum diangkat menjadi Bupati Asahan pertama tahun 1946. Setelah menyelesaikan tugas sebagai Bupati Asahan, almarhum kemudian dipercaya menjadi Bupati Karo sekaligus memikul tanggungjawab menghadapi PRRI Simbolon tahun 1954-1958, kemudian menjadi Bupati Deli Serdang tahun 1958–1959.
Sementara dalam bidang politik, Abdullah Eteng memulai karirnya sebagai Ketua DPD Partai Nasional Indonesia (PNI) Sumut periode 1968-1973. Kemudian menjadi Ketua DPD Partai Demokrasi Indonesia (PDI) Sumut tahun 1973 l–1981.
Ini pula yang mengantar Abdullah Eteng menjadi anggota DPR RI periode 1977–1982. Tapi, almarhum diberhentikan (di-recall) pada 14 September 1981, karena dianggap berseberangan dengan pemerintah saat itu.