SIANTAR, BENTENGTIMES.com – Perkembangan teknologi yang tak terbendung telah merambah ke berbagai aspek, termasuk sarana transportasi. Belasan tahun lalu mungkin tidak terbayang kehadiran transportasi online.
Kehadiran transportasi berbasis aplikasi atau daring, ini tentu menjadi tantangan bagi para supir angkutan umum perkotaan di sejumlah daerah di Indonesia termasuk di Kota Pematangsiantar.
Salah satu yang paling merasakan dampaknya adalah para abang-abang becak Siantar (sebutan untuk para pengendara becak bermotor, red).
Akibat kehadiran gojek online, pendapatan abang-abang becak menurun drastis. Jika hal ini tidak segera disikapi bukan tidak mungkin becak Siantar bakal berhenti beroperasi.
Menyadari kondisi itu, Djarot Syaiful Hidayat berkeinginan menjadikan becak Siantar menjadi salah satu sarana transportasi pariwisata di Kota Pematangsiantar, dengan berbasis online. Dan, ia ingin diberi nama ‘Becak Djoss Siantar online’.
Dengan begitu, para wisatawan yang ingin menggunakan jasa transportasi becak Siantar dapat melakukan pemesanan lewat aplikasi handphone.
Kata Calon Gubernur Sumatera Utara Nomor Urut 2 ini, hal lain perlu diperhatikan adalah agar pemilik BSA memperbaiki bangku becak supaya lebih nyaman bagi wisatawan.
(BACA: Ada Djarot di Toko Ganda, Warga Beli Roti Keluar Senyam-Senyum Lihat Foto di HP)
Menurutnya, dengan begitu becak Siantar dapat bersaing dan tetap lestari sebagai ikon Kota Pematangsiantar.
“Ini (becak Siantar) harus kita pertahankan, harus tetap lestari. Karena becak Siantar adalah ikon,” ujar Djarot Syaiful Hidayat saat menyapa seorang abang becak bernama Supriadi, di Jalan Surabaya, Kota Pematangsiantar, Selasa (20/3/2018).
Mendapat perhatian dari calon Gubernur Sumatera Utara yang berpasangan dengan Calon Wakil Gubernur Sihar Sitorus ini, Supriadi, abang becak yang mengaku asal-usulnya ternyata dari Blitar, Jawa Timur, mengaku senang.
Menurutnya, konsep berpikir Djarot Syaiful Hidayat tersebut merupakan sebuah harapan untuk keberlangsungan becak Siantar.
Dia juga menyadari apabila tidak ada inovasi dalam hal pelayanan, maka para abang-abang becak akan kalah bersaing dengan transportasi berbasis onlie. Sebagaimana diketahui, transportasi berbasis online bukan hanya memberikan kecepatan waktu penjemputan tapi juga ongkos yang murah.
“Sejak kehadiran ojek online ini, pendapatan kami turun drastis. Kalau lama-lama begini, kami tidak akan bisa bertahan,” timpal rekan Supriadi di lokasi mangkal abang-abang becak di Jalan Surabaya.
“Harapan kita semoga apa yang direncanakan Pak Djarot menjadi kenyataan. Kita tentu sangat menyambut baik rencana Pak Djarot membuat gabungan becak Siantar berbasis online,” tandasnya.
Untuk diketahui, becak Siantar berbeda dengan becak bermotor yang ada di kota-kota lainnya. Becak Siantar bermesin sepedamotor Birmingham Small Army (BSA).
Sepedamotor merek BSA ini adalah kendaraan perang pabrikan Inggris yang diciptakan di tahun 1940-1960-an. Di Siantar, jumlahnya tidak banyak. Sebagian besar sudah dikoleksi para kolektor.
(BACA: Turun dari Innova, Djarot Naik Jeep CJ7 Sapa Warga)
Satu pertanyaan sederhana. Kenapa kemudian BSA bisa bersarang di Siantar? Menurut Ketua BOM’s (kumpulan pecinta BSA) Erizal Kesuma Ginting, ketika penjajah minggat dari Indonesia, motor-motor BSA kehilangan tuannya. Tak ada sparepart dan teknisi yang mumpuni di Indonesia.
“BSA mulai masuk tahun 1958 atas inisiatif orang-orang Siantar. Orang Siantar mendatangkannya dari Pulau Jawa: Surabaya dan Jakarta. Motor BSA diangkut pakai Kapal Tampomas II. Saya mengetahuinya karena pada zaman itu Mbah Lanang menjadi salah seorang saksi sejarah yang mendatangkan BSA ke Siantar ini,” tukas Erizal. Mbah Lanang sendiri adalah sesepuh di pengurusan BOM’S.