PALAS, BENTENGTIMES.com – Kisah tragis datang dari Desa Binanga, Kecamatan Barumun Tengah (Barteng), Kabupaten Padanglawas (Palas), Kamis (15/3/2018) siang. Seorang siswi SMP, NR, ditemukan tewas gantung diri di kamarnya.
Peristiwa inipun menggegerkan warga setempat. Informasi yang dihimpun dari Polsek Barteng, siswi tersebut diketahui kelas 3 SMP Negeri 1 Barteng. Saat kejadian, korban kali pertama ditemukan adiknya, SS (7).
Melihat kakaknya tergantung dengan tali di leher, lalu SS langsung meminta pertolongan dan memberitahukan kejadian tersebut kepada Ruslan Harahap dan juga kepada Weldi Nasution yang kebetulan melintas di depan rumah mereka.
Mengetahui hal tersebut, selanjutnya Ruslan dan Weldi langsung masuk ke dalam kamar korban. Korban ditemukan dalam keadaan tergantung dengan leher terikat tali ke salah satu tiang di kamar itu.
Bermaksud untuk melakukan pertolongan, menurunkan korban melepaskan tali yang mengikat leher, akan tetapi pada saat itu korban diduga tidak bernyawa lagi. Selanjutnya kejadian yang tak disangka-sangka itu diberitahukan kepada orang tua korban yang kebetulan sedang tidak di rumah.
Seiring, Polsek Barteng yang mendapat info tersebut terjun ke TKP, rumah korban. Polisi langsung cek dan olah TKP. Barang bukti berupa 1 helai tali nilon yang panjangnya sekitar 1 meter turut diamankan.
Usai divisum, korban diserahkan ke pihak keluarga untuk selanjutnya disemayamkan hari ini, Jumat (16/3/2018). “Korban diduga bunuh diri,” tukas Kapolsek Barteng AKP Amir Faizal SE.
Sementara, Akhir Siregar dari Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) Kabupaten Palas yang juga warga setempat mengaku korban diduga nekat gantung diri karena hasrat beli laptop yang tak terbeli. Laptop ini rencananya sebagai syarat mengikuti UNBK dalam waktu dekat.
“Mungkin kami duga karena pingin beli laptop namun belum terbeli, makanya diduga bunuh diri,” sebut Akhir.
Akhir juga berharap kejadian ini bisa menjadi evaluasi bagi sekolah yang terkesan memaksakan siswa memiliki laptop guna keperluan UNBK. Sebab, tidak semuanya orang tua siswa mampu.
“Kesannya kan jadi dipaksakan, kalau tak ada laptop tak bisa ujian. Karena saya juga merasakan hal yang sama, anak kita yang satu sekolah dengan korban ini juga demikian, katanya masing-masing siswa kelas tiga harus ada laptop. Ya kemungkinan gara-gara itu,” katanya.