Test PCR, GSI, dan Keterlibatan Luhut
- BENTENGTIMES.com - Senin, 8 Nov 2021 - 18:54 WIB
- dibaca 171 kali
Putar Otak, Dapat PCR ‘Murah’ dari Tiongkok
Masalah kemudian muncul karena alat ekstraksi RNA yang kita pesan dari Roche tidak bisa didapatkan. Kalau tidak salah karena suplai barangnya sangat terbatas dan diperebutkan oleh negara-negara lain juga.
Kita waktu itu memutuskan untuk cari merek lain. Setelah tanya-tanya dari masing-masing lab, dapatlah rekomendasi merek Qiagen dari Jerman. Kita pesan barangnya, namun ternyata mereka tidak bisa memenuhi reagennya.
Alat ekstraksi RNA ini memang menggunakan closed system, artinya hanya bisa digunakan dengan reagen yang diproduksi mereka sendiri.
Selama beberapa bulan, lab-lab itu masih menggunakan ekstraksi RNA secara manual untuk test PCR-nya. Saya bersama beberapa teman akhirnya putar otak ke Tiongkok. Kita carilah alat ekstraksi RNA dan reagennya.
Setelah tanya sana sini, dapatlah satu perusahaan yang merupakan afiliasi salah satu universitas di sana. Jadi, semacam badan usahanya yang bergerak di bidang bioteknologi.
Alat ekstraksi RNA-nya harganya lebih murah, kira-kira 1/10 dari harga alat ekstraksi yang diproduksi Qiagen, meskipun kapasitasnya 1/3.
Begitu juga harga reagen untuk ekstraksi RNA-nya. Yang lebih menarik, mereka juga memproduksi reagen untuk PCR yang bisa digunakan baik dari LC 96 dan LC480 (kedua alat ini adalah open system).
Dengan suplai dari Tiongkok ini, kita bisa memberikan donasi lebih banyak alat PCR dan ekstraksi RNA kepada lab-lab kampus itu. Awal Juni, barang-barang ini mulai datang ke Indonesia.
Baca: Baskami Soroti Maraknya Galian C Ilegal di Sumut
Baca: Siapa Mister Loo yang Digandeng Luhut Sediakan Toilet di Danau Toba? Ini Dia…
Sebelum kita memutuskan beli, kami meminta FKUI untuk melakukan pengujian terhadap barang-barang ini. Hasilnya di luar dugaan kami cukup baik. Alat ekstraksi RNA-nya mudah digunakan, dan bisa melakukan ekstraksi dalam waktu 1 jam. Reagen PCR-nya pun ternyata memiliki sensitivitas yang lebih baik dibandingkan yang beredar di pasaran pada waktu itu.
Ketika di awal, kami sampaikan kepada lab-lab ini bahwa kita hanya akan men-support mereka dengan alat PCR dan Alat Ekstraksi RNA beserta reagen-reagennya untuk 10 ribu test buat masing-masing lab.
Ini berdasarkan kecukupan donasi yang Pak Luhut dan teman-temannya sumbangkan. Namun, karena kita menemukan suplai baru dari Tiongkok yang saya sebutkan di atas, kita bisa mensupport untuk lebih banyak reagen.
Pak Luhut kemudian juga menerima telepon dari teman-teman beliau di Tiongkok yang mau menyumbang untuk penanganan Covid-19 di Indonesia, sehingga kita bisa memperoleh lebih banyak reagen.
Baca: Guru Honorer Keluhkan Kuota PPPK ke Ketua DPRD Sumut
Baca: Cerita Sigit Beradu Pandang dengan Jokowi Sebelum Diberi Jaket: Apa?
Satu lab saat itu saya kira bisa menerima 30-50 ribu reagen PCR dan ekstraksi RNA untuk melakukan test ini. Setelahnya, kami minta lab-lab tersebut harus bisa mandiri. Kita tidak bisa mensupport seterusnya karena donasi yang terbatas.