BENTENGTIMES.com– Kemerdekaan Indonesia tidak diraih dengan gampang. Banyak pejuang Tanah Air rela bekerja keras banting tulang sampai mempertaruhkan nyawa demi kata ‘merdeka’.
Kali ini, kita membahas 8 pahlawan Indonesia yang turut berjuang meraih Kemerdekaan Indonesia, namun sepak terjangnya jarang dikenal. Siapa saja mereka?
Disadur dari berbagai sumber, berikut 8 pahlawan Indonesia namun jarang dikenal. Simak daftar di bawah ini.
1. Dewi Sartika
Pahlawan pertama yang mungkin Anda tidak ketahui adalah Dewi Sartika. Ia ada pahlawan wanita yang meneruskan perjuangan RA. Kartini dalam memperjuangkan emansipasi dan pendidikan untuk kaum wanita.
Dewi Sartika membangun sekolah bernama Sekolah Isteri di Pendopo Kabupaten Bandung pada 1904 untuk memajukan pendidikan wanita.
Saat awal dibuka, sekolah itu memiliki 20 murid wanita. Namun semakin lama, semakin banyak yang ingin mendaftar. Akhirnya, sekolah dipindah dan ganti nama menjadi Sekolah Keutamaan Isteri.
Hebatnya, agar sekolah dapat terus berjalan, Dewi Sartika ikut membanting tulang untuk membiayai kebutuhan operasional sekolah.
Baca: Surat Terbuka Untuk Jokowi Jadikan Nahum Situmorang Pahlawan Nasional
Baca: BUMN dan UMKM dalam Cerita dan Angka, Siapa Pahlawan Sesungguhnya?
Namun, Dewi Sartika tidak pernah mengeluhkan hal itu. Akhirnya, nama sekolahnya berubah menjadi Sekolah Raden Dewi.
Saat memasuki usia senja, Dewi Sartika dan para pejuang di Sunda ikut membela tanah air saat agresi militer Tahun 1947. Namun saat masa pengungsian, Dewi Sartika meninggal di usia ke 62 tahun, pada tanggal 11 September 1947.
Halaman Selanjutnya..
Moehammad Jasin, Bapak Brimob Polri
2. Moehammad Jasin
Pahlawan selanjutnya, ada Komisaris Jenderal Dr H Moehammad Jasin yang dikenal sebagai ‘Bapak Brimob Polri’. Dia adalah pejuang Indonesia di bidang kepolisian.
Aksinya yang paling bersejarah adalah saat dia memproklamasikan Polisi Istimewa menjadi Polisi Republik Indonesia atau PRI. Dalam aksinya, PRI sering melakukan aksi penyerangan serdadu Jepang dan merampas senjatanya.
PRI yang dikepalai Moehammad Jasin ini juga terlibat dalam Insiden Bendera di Hotel Yamato dan pertempuran 10 November 1945 di Surabaya.
Baca: Polrestabes Medan Wisata Religi ke Kampung Babussalam
Baca: 319 Pahlawan Kebersihan Tebingtinggi Terima Tali Asih
Moehammad Jasin meninggal dunia pada 3 Mei 2012 di usia 91 tahun. Berkat jasa-jasanya, Moehammad Jasin diangkat menjadi pahlawan nasional pada Tahun 2015.
Halaman Selanjutnya..
SK Trimurti, Berjuang Melalui Sastra dan Media
3. SK Trimurti
Selanjutnya ada pahlawan perempuan bernama Surastri Karma Trimurti atau lebih dikenal dengan SK Trimurti. Ia lahir di Boyolali pada 11 Mei 1912.
Dia adalah seorang pahlawan, wartawan, penulis, dan guru Indonesia yang ikut berjuang demi kemerdekaan Indonesia melalui sastra dan media.
SK Trimurti adalah pengajar di sebuah SD saat zaman penjajahan dan ditangkap oleh Belanda karena menyuarakan pesan anti-kolonial. Setelah bebas, SK Trimurti tetap menyuarakan kritik atas penjajahan dan bekerja sebagai wartawan.
Meskipun telah menggunakan nama samaran, tapi SK Trimurti tetap ketahuan dan ditangkap lagi di zaman penjajahan Jepang.
Baca: Penghormatan Terakhir JR pada dr John, Pahlawan Kesehatan Covid-19 Simalungun
Baca: PSMTI Karo Tabur Bunga di Makam Pahlawan, Kunjungan ke Panti Sosial
Kegigihannya dalam menyuarakan kritikan pedas atas penjajahan yang terjadi di Indonesia telah berhasil mengobarkan semangat rakyat dalam memperjuangkan kemerdekaan! SK Trimurti meninggal di usia 96 tahun pada Tahun 2008.
Dan, tahukah kalian jika Trimurti merupakan istri dari Sayuti Melik?
Ya, Sayuti Melik adalah pria yang berperan dalam peristiwa Rengasdengklok dan tergabung dalam PPKI atau Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia.
Sayuti Melik jugalah sang pengetik naskah proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia.
Halaman Selanjutnya..
Sukarni Kartodiwirjo, Bahu-membahu Meneruskan Berita Kemerdekaan Republik Indonesia
4. Sukarni Kartodiwirjo
Daftar keempat adalah Sukarni Kartodiwirjo. Ia merupakan pahlawan kemerdekaan Indonesia yang memiliki rasa nasionalisme tinggi, penuh semangat, dan tidak takut bahaya dalam memperjuangkan kemerdekaan.
Sukarni juga tergabung dalam golongan pemuda yang mendesak golongan tua untuk menyatakan kemerdekaan Indonesia dan membawa Bung Karno serta Bung Hatta ke Rengasdengklok pada sekitar 15 Agustus 1945.
Setelah peristiwa Rengasdengklok, Sukarni mengemban amanat bahu-membahu bersama kelompok pemuda lainnya dalam meneruskan berita kemerdekaan Republik Indonesia.
Sukarni membentuk sebuah panitia gerak cepat untuk menyebarkan kabar bahagia itu. Sukarni juga aktif dalam politik hingga akhirnya dipenjara karena berselisih dengan PKI.
Baca: Kini, Nama Bandara Internasional Itu Bukan Lagi Bandara Silangit
Baca: Dandim Karo: Saya Lihat Makam Pahlawan Kabanjahe Seperti Era 1900-an
Sukarni akhirnya dibebaskan dari penjara pada sekitar Tahun 1965 dan ditunjuk sebagai anggota Dewan Pertimbangan Agung hingga wafat pada tanggal 7 Mei 1971 di usia 54 tahun. Dia mendapat penghargaan Bintang Mahaputra kelas empat.
Halaman Selanjutnya..
Margonda, Pendiri Angkatan Muda Republik Indonesia
5. Margonda
Jika Anda tinggal di kawasan Depok, sepertinya bakal tahu dengan sosok nama Margonda, karena namanya diabadikan menjadi nama jalan utama di Kota Depok.
Namun, bagi mereka yang bukan penduduk Depok, mungkin akan sedikit asing dengan sosok pahlawan yang satu ini.
Margonda merupakan seorang pahlawan yang ikut memperjuangkan kemerdekaan Indonesia melawan Jepang, dengan mendirikan Angkatan Muda Republik Indonesia (AMRI).
Baca: Pahlawan Devisa asal Siantar Sekarat di Malaysia, Butuh Biaya Berobat 10 Ribu Ringgit
Baca: Sempat Dikira Hoax, Makam Pahlawan Kabanjahe Ternyata Kurang Terurus
Setelah merdeka, terjadi perseteruan antara tentara Inggris dan AMRI di Depok. Namun tragis, pertempuran itu akhirnya merenggut nyawa Margonda yang gugur di kawasan Kali Bata Depok (bukan Kalibata Jakarta).
Halaman Selanjutnya..
BM Diah, Merebut Kantor Percetakan Jepang, Pendiri Surat Kabar Merdeka
6. BM Diah
Pahlawan selanjutnya adalah Burhanuddin Mohammad Diah atau akrab dipanggil BM Diah. Pria kelahiran Kutaraja 7 April 1917 itu merupakan pahlawan sekaligus tokoh pers dan diplomat Indonesia.
Dia juga dipercaya oleh Bung Karno dalam menyebarkan Kemerdekaan Indonesia tanggal 17 Agustus 1945 ke seluruh penjuru Indonesia.
Bersama rekan-rekannya, BM Diah kemudian berhasil menyebarkan berita bahagia itu, meskipun harus merebut kantor percetakan Jepang yang menerbitkan Harian Asia Raja.
Selain itu, BM Diah juga pendiri surat kabar Merdeka dan menjadi pemimpin redaksi hingga akhir hayatnya.
Baca: Memaknai Perjuangan Pahlawan Merebut Kemerdekaan RI di SMK Kesehatan Ganda Husada Tebingtinggi
Baca: Perjuangan Nerus Ginting, Demi Indonesia Diasingkan ke Boven Digul, Papua
Karena perjuangan dan jasa-jasanya, BM Diah diberi penghargaan sebagai Bintang Mahaputra Utama dari Presiden Soeharto dan medali perjuangan angkatan 45 dari Dewan Harian Nasional Angkatan 45. Dia meninggal pada 10 Juni 1996 di usia 79 tahun.
Halaman Selanjutnya..
Mohammad Yamin, Pencetus Bahasa Kesatuan, Bahasa Indonesia
7. Mohammad Yamin
Di daftar ketujuh, ada Mohammad Yamin yang diabadikan sebagai nama jalan di Jakarta Pusat. Dia adalah seorang pahlawan, sastrawan, sejarawan, budayawan, politikus, dan ahli hukum yang dihormati dan disegani.
Namun mungkin jarang yang mengetahui sepak terjang Mohammad Yamin dari sebelum merdeka hingga setelahnya. Ya, Mohammad Yamin adalah salah satu tokoh yang merumuskan Sumpah Pemuda pada tahun 1928.
Mohammad Yamin kemudian melanjutkan perjuangan melalui karya sastra dan tulisan-tulisan yang indah dan sangat dikenal dalam jurnal Jong Sumatra.
Mohammad Yamin menghasilkan banyak mahakarya seperti Ken Arok dan Ken Dedes (1934), Gajah Mada (1948), dan Revolusi Amerika (1951).
Baca: Hari Kesaktian Pancasila, Hefriansyah Bicara Ancaman Paham Radikal
Baca: Peresmian Jembatan Kiras Bangun, Mengenang Patriotisme Garamata, Sang Legenda Tanah Karo
Dia juga menjadi pencetus bahasa kesatuan, Bahasa Indonesia, serta menjadi penasehat dalam delegasi Indonesia di Konferensi Meja Bundar.
Bersama Bung Hatta, dia juga membuat konsep Pancasila dan pasal-pasal yang memuat Hak Asasi Manusia dalam Undang Undang Dasar 1945.
Halaman Selanjutnya..
Sutan Syahrir, Perdana Menteri Indonesia Pertama
8. Sutan Syahrir
Terakhir, pahlawan yang mungkin juga tidak anda tahu adalah Sutan Syahrir atau Soetan Sjahrir. Dia lahir di Padang Panjang, Sumatera Barat (Sumbar), pada 5 Maret 1909.
Sutan Syahrir merupakan Perdana Menteri Indonesia pertama, sekaligus perintis dan revolusioner kemerdekaan Indonesia.
Ia juga salah satu pendiri Pemuda Indonesia yang menjadi motor penyelenggaraan Kongres Pemuda Indonesia yang mencetuskan Sumpah Pemuda pada 1928.
Selain itu, Sutan Syahrir juga mendirikan sebuah partai bersama Bung Hatta bernama Partai Nasional Indonesia (PNI Baru) pada tahun 1932. Dari sekolah itu, mereka mencetak kader-kader pergerakan yang dinilai radikal oleh polisi kolonial.
Hingga pada 1934, Belanda menangkap, memenjarakan, dan membuang Sutan Syahrir, Hatta, dan pemimpin PNI Baru ke Boven-Digoel dan Banda Neira.
Setelah kemerdekaan Indonesia, pahlawan yang dijuluki Si Kancil ini sempat menjabat sebagai penasihat Presiden Soekarno sekaligus Duta Besar Keliling, serta sebagai Ketua Badan Pekerja Komite Nasional Indonesia Pusat (BP KNIP).
Baca: Bandar Dianggap Pahlawan, Pencanangan Kelurahan Banjar Bersih Narkoba Gagal
Baca: Djarot Beber Sebab Bung Karno Menolak Disebut Pencipta Pancasila
Syahrir selalu menyerukan nilai-nilai kemanusiaan dan anti-kekerasan. Dia konsisten memperjuangkan kedaulatan RI lewat jalur diplomasi. Sutan Syahrir meninggal di Swiss pada tanggal 9 April 1966 saat berumur 57 tahun. Nah, itulah 8 pahlawan Indonesia yang jarang dikenal sepak terjangnya.