SUMBA TIMUR, BENTENGTIMES.com– Diantara banyak orang yang bersimpati terhadap bencana alam yang menimpa masyarakat di sejumlah wilayah Kabupaten Sumba Timur, Nusa Tenggara Timur (NTT), ada seorang wanita pemberani dan tangguh. Dia adalah Merliaty Praing br Simanjuntak.
Dilansir dari merdeka.com, istri Bupati Sumba Timur Khristofel A Praing itu nekad menerjang lumpur kental pekat setinggi kurang lebih 1 meter untuk menolong korban banjir di tempat terisolir akibat banjir bandang yang menerjang Sumba Timur.
Keputusan itu sesungguhnya sangat berisiko, sebab lumpur yang dia dan teman-temannya seberangi di Desa Kiritana, Kecamatan Kambera, bersebelahan dengan sungai besar yang arusnya deras.
Sementara itu, bahu jalan sudah longsor. Jika tanggul jebol, maka sangat mungkin dia dan teman-temannya akan menjadi korban.
“Tapi kalau tidak berani, maka akan ada banyak korban,” kata Merliaty.
Dia menyebutkan, ada sekitar 800-an orang yang terancam kelaparan, kedinginan, dan sakit.
“Kalau tidak pergi ke lokasi saat itu, malamnya pasti saya tidak bisa tidur, bayangin penderitaan mereka,” ujar Merliaty.
Baca: Bencana Alam di Tengah Pandemi, Dusun Bakerah Karo Diterjang Lahar Dingin
Baca: Banjir Bandang Terjang Dua Desa di Dairi, Lima Orang Hilang
Ternyata, dampak dari aksi nekad Merliaty, mengarahkan banyak mata ke lokasi tersebut dan segera dilakukan penanganan dengan skill khusus untuk membantu para korban.
“Puji Tuhan!” seru Merliaty.
Menyangkut sikap nekadnya, wanita Batak ini mengatakan, dia cuma melakukan yang seharusnya dia lakukan sebagai panggilan kemanusiaan, tapi mungkin jadi menggerakkan banyak orang, karena banyak yang posting.
“Saya membayangkan mereka menderita kelaparan dan kedinginan, terutama yang rentan seperti ibu hamil, anak-anak termasuk bayi, juga lansia. Belum lagi mereka dalam ketakutan kalau-kalau banjir yang lebih besar lagi datang,” ujar Merliaty lagi.
Dia juga khawatir banyak masyarakat yang jadi korban bukan karena diterjang banjir, tapi karena kelaparan, kedinginan dan ketakutan.
“Kami tidak mau mereka jadi korban karena lapar, kedinginan dan ketakutan,” imbuhnya.
Baca: Jenderal Batak Ini Dimutasi dari Kementerian, Dikembalikan ke Polri
Baca: Doa Bersama Lintas Agama: Semoga Bencana Sinabung dan Covid-19 Segera Berakhir
Yang terlintas dalam pikirannya adalah segera bertindak dengan cara apapun.
“Mungkin karena dulu saya anggota Resimen Mahasiswa, ya jadi terbawa dalam keseharian. Apalagi kami sekolah Pamong Praja dididik untuk cepat bertindak dalam situasi darurat,” ujarnya.
Setelah tindakan nekad itu, Merliaty menggerakkan masyarakat dan volunteer (sukarelawan) untuk membuka Dapur PKK.
Dia juga mengontak para kenalannya untuk bersama-sama bergerak dan menjadi sukarelawan, menolong dengan dana maupun bahan mentah yang ada. Dan, agar bantuan tidak tumpang tindih, dia berkoordinasi dengan Pemda dan jaringan relawan.
Baca: Kamis Siang, Gunung Sinabung Luncurkan Awan Panas 500 Meter
Baca: Ulang Tahun Megawati, PDIP Sumut Kembali Gelar Penanaman Pohon Serentak
Saat ini, sebagai Ketua PKK Sumba Timur, Merliaty sudah berpikir untuk melakukan penanganan pasca bencana.
“Penanganan tahap ini jelas sangat penting, terutama anak-anak dan balita karena angka stunting dan gizi buruk Sumba Timur cukup tinggi,” ujar lagi.