Pencipta Lagu Rohani ‘Hidup Ini Adalah Kesempatan’ Telah Berpulang

Share this:
BMG
Pdt Wilhelmus Latumahina semasa hidup.

Wihelmus awalnya memang bukan pengarang lagu, ia menyebut dirinya hanya seorang pemuji.

“Saya ini pendeta pemuji. Kalau penyayi semua yang punya talenta pintar menyanyi, tetapi kalau orang yang menetapkan diri pemuji adalah orang yang menyadari penyertaan Tuhan berlaku dalam hidupnya,” kata Wilhelmus semasa hidupnya.

Wihelmus tak terus menyalahkan keadaan. Dia justru menyadari bahwa jika masih diberi kesempatan berarti waktunya menyerahkan hidup sepenuhnya kepada Tuhan.

Menurut Wihelmus, pemantiknya adalah kecelakaan lalu lintas itu. Satu waktu dalam keheningan, dia melakukan perenungan hidup dan mengalirlah rangkaian kalimat di pikirannya ‘Hidup Ini Adalah Kesempatan’.

“Ada tenggang waktu yang Tuhan beri buat kita. Artinya, ada batasnya. Tidak selamanya kita muda. Tidak selamanya kita kuat. Tidak selamanya kita jaya. Tidak selamanya kita hidup berdaya dan berjaya,” ujar Wihelmus.

Waktu mengarang lagu itu, ia mengaku berlinang air mata. Saat itu seperti ada suara di relung hatinya. Terbingkailah syair-syair yang terinspirasi dari Mazmur 103: 15-16 berbunyi; ‘Adapun manusia, hari-harinya seperti rumput, seperti bunga di padang, demikianlah ia berbunga; apabila angin melintasinya, maka tidak ada lagi dia, dan tempatnya tidak mengenalnya lagi.’

Dari bait itulah kemudian tercipta syair:

‘Hidup Ini Adalah Kesempatan/

Hidup ini untuk melayani Tuhan/

Jangan sia-siakan waktu yang Tuhan beri/

Hidup ini hanya sementara/

Sekuntum bunga di pagi hari/

Mekar indah harum di padang yang hijau/

Demikian Tuhan mendandani rumput/

Gugur bunga bila panas terik/

Reff:

O.. Tuhan pakailah hidupku/

Selagi aku masih kuat/

Satu saat aku tak berdaya/

Hidup ini sudah jadi berkat/

Wihelmus sangat menyadari, kesempatan yang ada memberi peringatan bahwa menit-menit, hari ke hari, minggu ke minggu bahkan tahun berganti tahun adalah waktu yang menentukan kekekalan.

“Surga yang kekal ataukah neraka yang kekal. Untuk itu, waktu yang Tuhan beri merupakan kesempatan yang terbaik untuk berbuat bakti dan melayani Tuhan, sehingga hidup ini tidaklah menjadi sia-sia.’

Pesan moral lagu ini jelas, selagi masih ada kesempatan temukanlah makna hidup. Baginya, orang yang menemukan makna di kehidupan adalah orang yang selalu menyadari bahwa kesempatan yang ada harus diraih dengan sungguh-sungguh.

Sempat Berkarier di Departemen Pajak

Pendeta Wilhelmus Latumahina berasal dari keluarga sederhana. Ayahnya seorang tentara tetapi juga pemusik di gereja. Dia merasa bahwa DNA musikalitas turun dari sang ayah.

Ayahnya Abraham Oktavianus Latumahina, tentara sejak dulunya bertugas di Makassar. Ibunya bernama Aksa, hanya ibu rumah tangga biasa.

BacaSpontanitas Pendeta Neltiana Bersama Marturia GBKP Berastagi Kota di Hari Paskah

Almahurm Pendeta Wilhelmus lahir pada 2 November, 1955. Sebelum menjadi pendeta, ia justru adalah pegawai negeri. Lulus kuliah di perguruan tinggi Pajak, lalu berkarier di Departemen Pajak. Bahkan, ia sempat menjadi kepala cabang di sana.

Share this: