JAKARTA, BENTENGTIMES.com – Aksi serangan teror bom bunuh diri yang dilakukan Puji, wanita memakai hijab di gereja di Surabaya menimbulkan fobia terhadap muslimah berhijab dan bercadar. Untuk menghilangkan fobia itu, komunitas muslim melakukan aksi ‘Peluk Saya’.
Aksi itu digelar di Patung Kuda, Jakarta Pusat pukul 07.00 WIB, Minggu (25/5/2018). Mereka membawa kertas bertuliskan ‘Peluk Saya Jika Kehadiran Saya Membuat Anda Nyaman’, ‘Aku Percaya Padamu, Apakah Kamu Percaya Padaku? Maka Peluk Saya!’.
Para peserta aksi adalah perempuan memakai burka. Aksi ini juga diikuti oleh sejumlah laki-laki dari Komunitas Punk Muslim Indonesia.
Ahmad Zaki, Koordinator aksi yang bertajuk ‘Ada Apa Dengan Cadar’ mengatakan aksi ini dilakukan untuk eksperimen sosial untuk menghilangkan islamofobia. Masyarakat diajak untuk tidak takut dengan wanita berhijab syar’i bahkan yang mengenakan niqab atau cadar, serta pria bercelana cingkrang.
“Social experiment ini salah satunya dengan tujuan menyatakan dan memberikan rasa aman bahwa teman-teman yang berniqab, bercadar, pakai celana cingkrang, mereka nggak bisa dikaitkan dengan yang sedang terjadi, nggak bisa kita generalisasi bahwa orang yang bercadar adalah orang yang ‘bermasalah’,” kata Zaki di lokasi.
Eksperimen ini juga dilakukan untuk menghilangkan stigma negatif terhadap perempuan bercadar, misalnya dikaitkan dengan kelompok radikal. Masyarakat diminta menghormati perempuan yang bercadar karena keputusannya menjalankan salah satu Syariat Islam.
“Kita nggak bisa generalisir kalau orang pakai cadar itu negatif, nggak. Karena ini yang bisa mereka yakini, ini bagian dari syariat,” katanya.
Dia pun meminta masyarakat tidak melakukan penghakiman terhadap seseorang hanya karena penampilannya atau hijabnya atau cadarnya. Eksperimen ini juga dibuat untuk mengedukasi masyarakat dalam menilai sebuah perbedaan, agar tidak mengucilkan perempuan bercadar.
“Mereka hanya menggunakan alat yang biasa anda pakai, jilbab, cadar, ‘dengan cara yang salah’. Makanya ini kita bilang ‘peluk kami ketika anda merasa aman’. Percaya aja, kami nggak ada masalah kok. Ini yang coba kita edukasi ke masyarakat supaya mereka bisa bersikap bijak melihat setiap permasalahan yang ada,” papar Zaki.
Beberapa perempuan yang melihat aksi ini langsung memeluk para hijabers, begitu juga dengan laki-laki memeluk peserta aksi laki-laki. Bahkan ada yang menangis ketika memeluk peserta aksi.
Zaki menambahkan dirinya juga menyayangkan aksi teror yang terjadi di beberapa daerah di Surabaya dan Riau. Menurutnya itu tidak hanya mencoreng agama Islam hingga stigma negatif terhadap wanita berhijab.
“Stigma-stigma negatif itu muncul bukan hanya di Surabaya, tapi juga di seluruh Indonesia. Apalagi buat temen-temen yang bercadar, berhijab panjang apalagi masuk bulan Ramadan dan itu nggak bagus banget, ramadan ini kan kita pengen ibadah tenang, malah dihantam dgn kejadian seperti ini,” tuturnya.
Komunitasnya mengutuk keras teror bom tersebut. Dia menegaskan Islam tidak pernah membenarkan aksi teror.
“Agama Islam itu cinta damai, agama rahmatan lil alamin. Bisa masuk ke semua lini kehidupan. Masuk ke lini kehidupan dengan kekerasan itu nggak akan pernah terjadi. Apalagi kita diajarkan untuk berbuat baik terhadap sesama bukan hanya kepada manusia, sama hewan aja kita harus berbuat baik,” ujarnya.