Dugaan Rekayasa Kasus Pemukulan Anak di Nias Barat, Ada Oknum Hasut Anak SD Berbohong

Share this:
BMG
Ketua LSM PKN, Petrus Gulo.

NIAS BARAT, BENTENGTIMES.com– Dugaan rekayasa dalam laporan kasus pemukulan terhadap seorang anak di Desa Hilimbawa, Kecamatan Mandrehe Utara, Kabupaten Nias Barat, semakin mencuat. Kelompok terduga pelaku rekayasa ini diduga telah mengesampingkan rasionalitas, bahkan sampai mengajari murid sekolah dasar untuk berbohong guna memperkuat laporan yang tengah menjadi sorotan di Polres Nias.

Seorang guru SDN 078487 Watas III Hilimbawa, yang mengaku bermarga Halawa, mengungkapkan bahwa seorang pria yang mengklaim sebagai anggota ormas dan wartawan mendatangi sekolahnya pada Kamis (20/02/2025), sekitar pukul 07.00 WIB. Pria tersebut berasal dari desa lain dan datang dengan tujuan mengambil gambar serta mengajukan sejumlah pertanyaan kepada para murid.

“Saya mengetahui kedatangan oknum tersebut dari siaran langsung di akun Facebook-nya. Saat dia tiba di sekolah, belum ada guru yang hadir. Berdasarkan perkiraan kami, kejadiannya sekitar pukul 07.00 WIB,” ungkap Halawa, yang didampingi Kepala SDN 078487 Watas III Hilimbawa, Hosea Waruwu, kepada BENTENG TIMES, pada Kamis (20/02/2025) sore.

Lebih lanjut, beberapa murid mengaku bahwa mereka dicegat saat melewati rumah oknum tersebut, yang lokasinya tidak jauh dari sekolah. Oknum itu diduga mengarahkan mereka untuk memberikan kesaksian palsu.

“Dia menyuruh kami untuk mengatakan bahwa Aldin telah dipukuli dan bahwa guru-guru jarang masuk sekolah,” tutur para murid, seperti disampaikan Halawa.

Kepala SDN 078487 Watas III Hilimbawa, Hosea Waruwu menyatakan kekecewaannya atas perilaku oknum tersebut. Dia menegaskan bahwa pernyataan pihak sekolah terkait dugaan pemukulan seorang mantan murid yang telah dilaporkan ke Polres Nias adalah berdasarkan fakta yang mereka alami.

Hosea juga menyebut bahwa laporan tersebut kini menjadi sorotan karena diduga direkayasa dan mengandung indikasi pemerasan.

“Kami sangat menyayangkan tindakan sewenang-wenang oknum tersebut di sekolah kami. Dia memaksa anak-anak berbaris dan mengajari mereka untuk berbohong,” ujar Hosea.

BacaLaporan Kasus Pemukulan Anak di Mandrehe Nias Barat, Diduga Fitnah dan Rekayasa

BacaLaporan Kasus Pemukulan Anak di Nias Barat, Selain Janggal, Penyidik Disinyalir Tidak Profesional

Lebih lanjut, Hosea menjelaskan bahwa keterlambatan para guru dalam tiba di sekolah disebabkan oleh jarak yang cukup jauh dari tempat tinggal mereka serta harus menyeberangi sungai menggunakan perahu.

Sementara itu, seorang pemerhati Kabupaten Nias Barat, Petrus Gulo menilai tindakan oknum tersebut sangat tidak pantas. Dia menekankan bahwa dalam menjalankan tugasnya, setiap pihak harus mematuhi aturan dan menjunjung tinggi etika.

“Oknum yang mengaku sebagai anggota ormas itu bertindak seperti pemain sinetron. Sebaiknya dia berkarier di dunia perfilman saja. Mereka menghalalkan segala cara demi mendapatkan uang dengan cara yang tidak benar,” kritik Petrus kepada BENTENG TIMES, pada Jumat (21/02/2025).

BacaTragis! Anak Korban Tak Berdaya Melihat Ayah Dipukuli, Dihantam Kayu oleh Puluhan Orang di Nias Barat

BacaKasus Penganiayaan Berat di Nias Barat: 14 Bulan Berlalu, Pelaku Belum Ditahan

Petrus menambahkan bahwa baik wartawan, LSM, maupun ormas harus tunduk pada aturan yang berlaku dalam menjalankan tugasnya sebagai kontrol sosial.

“Apa pula urusannya membariskan anak sekolah, apalagi mengajari berbohong, tak perlu berlebihan menjadi aktifis apalagi dengan tujuan memeras masyarakat yang tak berdaya. Ada kode etik yang mengatur perilaku mereka. Tidak bisa seenaknya mencari keuntungan dengan cara-cara tidak benar,” pungkasnya.

Share this: