SAMOSIR, BENTENGTIMES.com– Institusi Polri kembali geger atas kematian oknum anggota polisi di Simullop, Desa Siboro, Kecamatan Sianjur Mulamula, Kabupaten Samosir, Senin (6/2/2023) lalu. Dua topik menarik di balik peristiwa itu.
Adalah racun sianida dan penggelapan pajak. Belakangan diketahui jasad itu adalah Bripka Arfan Saragih. Ia bertugas di Samsat Pangururan, Kabupaten Samosir.
Kapolres Samosir, AKBP Yogie Hardiman dalam konferensi pers di Mako Polres Samosir, Selasa (14/3/2023), menyampaikan bahwa telah dilakukan autopsi oleh Tim Forensik Polda Sumut di Rumah Sakit Bhayangkara Medan. Dari hasil autopsi, tim forensik menemukan adanya racun sianida di lambung korban.
“Kami menyimpulkan bahwa dugaan kuat kematian korban adalah dengan meminum racun berupa zat sianida, masuk ke lambungnya, sehingga terjadi berhentinya fungsi pernafasan dan sebagainya,” kata Yogie.
Sementara itu, dokter ahli forensik Rumah Sakit Bayangkara, dr Ismurizal yang juga hadir dalam konferensi pers menjelaskan bahwa pada jenazah korban juga ditemukan memar atau resapan darah akibat benda tumpul.
“Kami di bagian forensik melakukan pemeriksaan luar dan dalam jenazah korban. Di bagian luar jenazah, saya menjumpai warna kemerahan pada bagian belakang daun telinga kiri, dahi kiri, hingga ke mata dan pipi kiri. Kemudian, keluar cairan berwarna merah kehitaman dari kedua lubang hidung. Lalu, ditemukan luka lecet di bagian tungkai bagian kiri bawah,” ungkap Ismarizal.
Selanjutnya, tentang pemeriksaan bagian dalam jenazah korban, masih kata Ismarizal, ditemukan bekas memar.
“Memar atau resapan darah pada kulit kepala belakang bagian dalam, pada otak bagian belakang, pada pengirisan otak besar dijumpai bintik-bintik pendarahan, resapan darah pada kulit leher bagian dalam, resapan darah pada pangkal lidah, pada kulit dada bagian dalam sebelah kanan, bintik-bintik pendarahan pada bagian paru dan jantung,” bebernya.
Sedangkan, pada pembukaan kantung lambung ditemukan sisa-sisa makanan yang berbau khas (baunya tidak seperti biasanya).
“Cairan lambung beserta lambungnya kami kirim ke Laboratorium Forensik Poldasu. Isi lambung ditemukan sianida,” ungkap Ismarizal.
Jadi, lanjut Ismarizal, dari hasil pemeriksaan luar dan dalam serta hasil pemeriksaan tambahan, disimpulkan penyebab kematian korban adalah mati lemas akibat masuknya sianida ke saluran makan hingga ke lambung dan saluran nafas disertai adanya pendarahan pada rongga kepala akibat trauma benda tumpul.
Baca: Ipda Reinhard Sibarani Meninggal Misterius
Baca: Misteri Kematian Linda Boru Pasaribu di Humbahas Terbongkar, Ternyata Dibunuh Saudara Sendiri
Demikian juga disampaikan ahli laboratorium forensik bagian kimia, AKBP Hendri Ginting.
“Kita melakukan pemeriksaan, isi lambung tersebut positif mengandung natrium sianida. Efek daripada sianida ini adalah mematikan,” kata Hendri.
Diketahui bahwa sebelum ditemukan tidak bernyawa, Bripka Arfan Saragih berangkat kerja pada Jumat (3/2/2023).
Sejak hari itu, polisi yang bertugas di Samsat Pangururan ini tidak pulang ke rumah selama tiga hari hingga akhirnya ditemukan meninggal dunia pada Senin (6/2/2023).
Jenazah Arfan Saragih kemudian dibawa ke RSUD Hadrianus Sinaga Pangururan.
Atas persetujuan keluarga, jenazah Arfan Saragih diberangkatkan ke Rumah Sakit Bayangkara Medan untuk dilakukan autopsi.
Baca: Penjelasan Dokter Forensik Soal Kematian Portan Tumanggor: Setelah Mati, Korban Digantung
Beberapa barang bukti yang ditemukan di tempat kejadian juga dikirimkan ke Laboratorium Forensik Polda Sumut untuk dilakukan pemeriksaan.
Kerabat Tak Terima Arfan Dibilang Bunuh Diri
Kerabat Tak Terima Arfan Dibilang Bunuh Diri
Sementara, ahli digital forensik menyatakan bahwa ditemukan jejak digital di handphone milik korban, yaitu pencarian di Google tentang sianida, racun tikus, potas, dan beberapa ayat Alkitab tentang penyemangat.
Namun tidak ditemukan riwayat pemesanan sianida itu darimana. Ahli digital forensik juga tidak menjelaskan riwayat-riwayat komunikasi yang terdapat dalam handphone tersebut.
Suasana pilu juga terlihat saat konferensi pers berlangsung.
Kedua orangtua dan istri almarhum Arfan Saragih tampak hadir dan bercurah air mata. Saat memasuki halaman Mako Polres Samosir, ibunda Arfan memeluk foto almarhum. Mereka menangis histeris sambil menyebut-nyebut nama Arfan. Mereka meneriakkan, tidak terima atas kematian Arfan yang dikatakan karena bunuh diri.
Pasca kematian korban, beberedar kabar bahwa korban diduga termasuk dalam komplotan pelaku penggelapan pajak di Samsat Samosir yang jumlahnya mencapai Rp2,5 miliar.
Baca: Mayat Wanita Baju Serba Biru di Tepian Danau Toba Itu Diduga Dibunuh, Polisi Tunggu Hasil Autopsi
Baca: Fitri Arni Matondang, Putri Purnawirawan Polri, Dibesarkan dalam Kehidupan Mapan
Namun, belum ada konfirmasi resmi dari kepolisian maupun pejabat Samsat Samosir terkait informasi ini. Pihak kepolisian masih fokus pada penyelidikan kematian korban.