BATUBARA, BENTENGTIMES.com– Musibah banjir yang melanda sejumlah wilayah di Kabupaten Batubara, terus meluas. Sejauh ini, tercatat sekitar 5.000-an rumah warga terendam banjir, pada Kamis (19/8/2021).
Kondisi itu terjadi akibat curah hujan tinggi dan derasnya aliran sungai di wilayah Kabupaten Asahan dan Kabupaten Simalungun. Kemudian semakin diperparah dengan muara sungai yang tidak mampu menerima debit air.
Informasi dihimpun, banjir di Kabupaten Batubara melanda 31 desa di empat kecamatan. Di antaranya, Kecamatan Sei Balai, Talawi, Nibung Hangus, dan Datuk Tanah Datar.
Luapan air yang sangat besar mengakibatkan tanggul jebol pada Muara Sungai Kwala Sikasim dengan kedalaman air mencapai 50-80 sentimeter.
Pemkab Batubara bersama Polres dan TNI telah mendirikan tenda pengungsian dan dapur umum. Namun banyak warga lebih memilih untuk tinggal di rumah dan mendirikan tenda darurat di dekat rumahnya agar senantiasa dapat mengontrol keamanan supaya tidak dimasuki maling.
Bupati Batubara Zahir mengatakan, pemkab bersama TNI-Polri sudah mulai menyalurkan bantuan, seperti sembako dan obat-obatan kepada warga yang terdampak banjir.
Baca: Lacak Varian Delta, 10 Daerah Termasuk Sumut Diminta Gencar Lakukan 3T
Baca: Luapan Sungai Padang dan Keberadaan Tembok Penahan Banjir Bikin Kecewa Warga Tebing Tinggi
Menurut Zahir, wilayah Batubara merupakan dataran terendah di Sumatera Utara. Dia berharap kepada Presiden dan Pemprov Sumut dapat membantu perbaikan tanggul yang jebol, normalisasi sungai, dan perbaikan drainase guna mengantisipasi terjadinya banjir.
“Kami butuh bantuan pusat dan Pemprov Sumut memperbaiki tanggul dan normalisasi sungai,” kata Zahir, Kamis.
Halaman Selanjutnya..
Kali Ini, Banjir Terbesar
Kapolres Batubara AKBP Ikhwan Lubis menuturkan, untuk membantu proses evakuasi dan pengamanan, Polda Sumut telah menurunkan puluhan personel brimob. Kemudian dibantu TNI dari Kodim 0208 Asahan yang secara bergantian berjaga di lokasi banjir.
Menurut data terakhir BPBD Batubara, selain berdampak pada 5.000-an rumah, banjir juga merendam ribuan hektare tanaman padi milik warga sehingga terancam gagal panen.
Sabariyah, warga Desa Kwala Sikasim, mengatakan, banjir memang sudah sering terjadi hampir setiap tahun. Namun, banjir kali ini merupakan yang terbesar menerjang desa mereka.
Baca: Solidaritas di Tengah Pandemi, Mereka Para Pemimpin Negara Rela Gaji Dipangkas
Baca: Banjir Bandang Parapat Akibat Degradasi Hutan, Harus Ada Langkah Konkret Pemerintah
Dia berharap pemerintah daerah, provinsi maupun pemerintah pusat segera memperbaiki dan melakukan antisipasi agar ke depan banjir tidak lagi terjadi di desa mereka.