Banjir Bandang Parapat Akibat Degradasi Hutan, Harus Ada Langkah Konkret Pemerintah
- BENTENGTIMES.com - Sabtu, 15 Mei 2021 - 00:01 WIB
- dibaca 734 kali
MEDAN, BENTENGTIMES.com– Banjir bandang dan longsor yang menerjang kota wisata Parapat, Kecamatan Girsang Sipangan Bolon, Kabupaten Simalungun, pada Kamis (13/5/2021) sore, diakibatkan adanya degradasi hutan di kawasan Hutan Sitahoan dan Hutan Sibatuloting. Maka, seluruh pihak terutama pemerintah pusat dan daerah, serta swasta agar sesegera mungkin melakukan langkah-langkah konkret menyelamatkan lingkungan hidup dan hutan di sekitar Danau Toba.
Demikian dikatakan Ephorus Huria Kristen Batak Protestan (HKBP) Pdt Dr Robinson Butarbutar, dalam keterangan tertulisnya, Jumat (14/5/2021). Menurutnya, banjir bandang di Parapat merupakan dampak dari penurunan kualitas lingkungan hidup dan hutan di sekitar Danau Toba.
Disebutkan, banjir bandang serupa sudah terjadi beberapa kali, seperti pada Desember 2018, Februari 2019, Juli 2020, yang mengakibatkan kerugian material di pihak masyarakat, termasuk terganggunya arus lalu lintas di daerah tersebut.
Robinson mengungapkan, berdasarkan investigasi Komite Gereja dan Masyarakat (KGM) HKBP dengan mitranya atas rentetan peristiwa itu, mereka mempelajari bahwa banjir-banjir bandang ini memiliki kaitan erat dengan aktivitas penebangan hutan di Sitahoan dan kawasan hutan Sibatuloting, baik untuk kepentingan hutan tanaman industri (penanaman eukaliptus), pemanfaatan kayu dan hasil hutan oleh para pengusaha lokal, ditambah oleh aktivitas pertanian masyarakat dalam skala yang jauh lebih kecil.
Baca: Rentetan Banjir Bandang Parapat dan Penebangan Liar di Hutan Sitahoan-Sibatuloting
Baca: Longsor Parapat, ‘Tangisan’ Bukit Simarbalatuk dan Ketidaktahuan Camat Girsip
Dikatakan bahwa mulai dari Sualan sampai Tanjung Dolok, Parapat, terdapat sejumlah aliran sungai yang sumber airnya berasal dari Sitahoan dan Kawasan Hutan Sibatuloting. Sekarang, bila hujan deras terjadi, sungai-sungai kecil ini akan meluap dan membawa material lumpur dan bebatuan yang sangat mengancam, seperti yang sudah terjadi berulang kali.
“Jika degradasi hutan terus berlangsung, mak banjir bandang di kawasan ini akan semakin sering terjadi,” kata Robinson.