SIMALUNGUN, BENTENGTIMES.com – Perjuangan Serma Rama Wahyudi dalam misi perdamaian PBB di Republik Demoktik Kongo sudah berakhir. Prajurit TNI AD asal Kabupaten Simalungun itu gugur dalam serangan milisi.
Meski berat, keluarga Rama terlihat sudah mengikhlaskan kepergian anak ketiga dari empat bersaudara itu.
BACA: Seorang Polisi yang Gugur Tinggalkan Istri yang Tengah Hamil Tua
“Kami dapat kabar (gugurnya Rama) hari Selasa pagi. Abangnya (Rama) yang ngasihtau samaku. Abangnya ditelepon istrinya (Rama),” kata Wagini, ibunda Rama, saat ditemui di kediamannya di Desa Kerasaan I, Kecamatan Pematang Bandar, Kabupaten Simalungun, Kamis (25/6/2020) siang.
Wagini mengatakan, menjadi tentara merupakan cita-cita Rama sejak kecil. Sejak remaja, Rama juga hobi memperbaiki mesin.
“Dia dulu sekolah di SMK Persiapan Pematang Siantar. Tamat dari sana, lanjut ke ITM. Sekolahnya selalu jurusan mesin. Tapi kuliahnya hanya setahun, karena dia masuk polisi atau tentara,” ucap Wagini dengan mata berkaca-kaca.
Wagini mengisahkan, sebelum menjadi prajurit TNI, Rama dididik di Jakarta oleh pamannya yang merupakan prajurit di Kostrad. Dan sekali mendaftar, Rama langsung lulus Secaba PK Tahun 2004-2005 Kodam Jaya, dengan pangkat awal Sersan Dua.
Selanjutnya, Rama ditugaskan ke Korem 031/Wira Bima, Kodam I/Bukit Barisan. Lalu, beranjak ke Detasemen Peralatan Korem 031/Wira Bima.
Singkatnya, pada Januari 2020, Rama lulus sebagai calon prajurit dalam Kontingen Indonesia dalam misi Perdamaian PBB di Republik Demokratik Kongo.
BACA: Peresmian Jembatan Kiras Bangun, Mengenang Patriotisme Garamata, Sang Legenda Tanah Karo
Sepengetahuan Wagini, selama di Congo, Rama kerap bercerita bahwa dia menghabiskan masa dinasnya dalam hal-hal berbau mesin, termasuk sebagai supir kendaraan tempur. “Nggak jauh-jauh dari mesin dia itu,” ucap Wagini.
Wagini berharap, tidak ada lagi prajurit yang gugur seperti Rama. “Cukup anak saya yang gugur dalam bertugas. Prajurit-prajurit yang lainnya harus kembali tanpa kekurangan suatu apapun,” ucapnya.
Rencananya, Wagini serta keluarganya lainnya akan berangkat ke kediaman Rama bersama istri dan ketiga anaknya di Kampar, Riau, Jumat (26/6/2020). Jenazah Rama direncanakan tiba di Tanah Air pada Sabtu (27/6/2020).
BACA: Anak Polisi Korban Penembakan Teroris di Hamparan Perak Tunggu Janji Kapolri
Sekadar diketahui, Serma Rama Wahyudi terbunuh dalam serangan oleh milisi pada Senin (22/6/2020) malam waktu setempat di bagian timur Republik Demokratik Kongo.
Patroli mereka diserang sekitar 20 kilometer dari Kota Beni di Provinsi Kivu Utara. Menlu Retno menyampaikan bahwa Dewan Keamanan PBB telah mengutuk keras serangan kepada MONUSCO dan meminta otoritas Kongo untuk melakukan investigasi serta membawa pelakunya ke meja pengadilan.
Dalam sebuah pernyataan, Kepala MONUSCO Leila Zerrougui mengutuk serangan itu, yang katanya dilakukan oleh ‘tersangka anggota ADF’ yakni Pasukan Sekutu Demokrat, sebuah kelompok bersenjata terkenal di timur negara tersebut.
Tentara itu telah mengambil bagian dalam proyek untuk membangun jembatan di daerah Hululu. ADF adalah gerakan Muslim terutama yang berasal dari negara tetangga Uganda pada 1990-an, yang menentang pemerintahan Presiden Uganda Yoweri Museveni.
Pada 1995, kelompok itu pindah ke Republik Demokratik Kongo, yang menjadi basis operasinya, meskipun mereka tidak melakukan serangan di Uganda selama bertahun-tahun.
BACA: Hari yang Mengharukan! Bayi Lahir Setelah Ayahnya Gugur di Kerusuhan Mako Brimob
Menurut catatan PBB, gerakan tersebut telah menewaskan lebih dari 500 orang sejak akhir Oktober, ketika tentara Kongo melancarkan serangan terhadapnya.
ADF menewaskan 15 tentara PBB di pangkalan mereka di dekat perbatasan Uganda pada Desember 2017, dan tujuh lainnya dalam serangan pada Desember 2018.