Cerita Ibunda TNI AD Asal Simalungun yang Gugur Dalam Misi Perdamaian PBB di Congo
- BENTENGTIMES.com - Kamis, 25 Jun 2020 - 16:36 WIB
- dibaca 2.068 kali
Wagini berharap, tidak ada lagi prajurit yang gugur seperti Rama. “Cukup anak saya yang gugur dalam bertugas. Prajurit-prajurit yang lainnya harus kembali tanpa kekurangan suatu apapun,” ucapnya.
Rencananya, Wagini serta keluarganya lainnya akan berangkat ke kediaman Rama bersama istri dan ketiga anaknya di Kampar, Riau, Jumat (26/6/2020). Jenazah Rama direncanakan tiba di Tanah Air pada Sabtu (27/6/2020).
BACA: Anak Polisi Korban Penembakan Teroris di Hamparan Perak Tunggu Janji Kapolri
Sekadar diketahui, Serma Rama Wahyudi terbunuh dalam serangan oleh milisi pada Senin (22/6/2020) malam waktu setempat di bagian timur Republik Demokratik Kongo.
Patroli mereka diserang sekitar 20 kilometer dari Kota Beni di Provinsi Kivu Utara. Menlu Retno menyampaikan bahwa Dewan Keamanan PBB telah mengutuk keras serangan kepada MONUSCO dan meminta otoritas Kongo untuk melakukan investigasi serta membawa pelakunya ke meja pengadilan.
Dalam sebuah pernyataan, Kepala MONUSCO Leila Zerrougui mengutuk serangan itu, yang katanya dilakukan oleh ‘tersangka anggota ADF’ yakni Pasukan Sekutu Demokrat, sebuah kelompok bersenjata terkenal di timur negara tersebut.
Tentara itu telah mengambil bagian dalam proyek untuk membangun jembatan di daerah Hululu. ADF adalah gerakan Muslim terutama yang berasal dari negara tetangga Uganda pada 1990-an, yang menentang pemerintahan Presiden Uganda Yoweri Museveni.
Pada 1995, kelompok itu pindah ke Republik Demokratik Kongo, yang menjadi basis operasinya, meskipun mereka tidak melakukan serangan di Uganda selama bertahun-tahun.
BACA: Hari yang Mengharukan! Bayi Lahir Setelah Ayahnya Gugur di Kerusuhan Mako Brimob
Menurut catatan PBB, gerakan tersebut telah menewaskan lebih dari 500 orang sejak akhir Oktober, ketika tentara Kongo melancarkan serangan terhadapnya.
ADF menewaskan 15 tentara PBB di pangkalan mereka di dekat perbatasan Uganda pada Desember 2017, dan tujuh lainnya dalam serangan pada Desember 2018.