Belajar dari India, Bupati Karo: Saatnya Beralih ke Pertanian Ramah Lingkungan
- BENTENGTIMES.com - Sabtu, 23 Mar 2019 - 20:16 WIB
- dibaca 170 kali
Selanjutnya, yang tidak kalah penting adalah proses mulching, proses penyebaran sisa-sisa tanaman (seperti dedaunannya, jerami, ranting-ranting) dengan meletakkannya di atas permukaan lahan.
“Asumsi yang mengatakan kalau tanaman harus mengambil nutrisi dengan dikubur ke dalam tanah adalah salah, cukup ditebar saja di atas lahan di antara dua jenis tumbuhan, dan ditambahkan jiwambrita,” jelasnya.
Jiwambrita adalah ramuan yang berfungsi untuk mempercepat proses pembusukan (dekomposisi) dari sisa tanaman yang sudah di-mulching dan juga mampu meningkatkan humus di tanah. Jiwambrita terdiri atas campuran kotoran sapi (harus sapi lokal), urin sapi, glisirida, jaeggery (bentuknya mirip dengan gula merah atau gula aren, tapi ini berasal dari tebu), dan lainnya.
“Jangan pernah pakai kotoran sapi yang bukan dari breeding lokal, karena jiwambrita tidak akan berfungsi,” katanya.
Baca: Tatap Muka Dengan Petani, Putra Mantan Bupati Karo Ungkap Kelangkaan Urea
Subash selanjutnya menerangkan, ZBNF bukanlah pertanian malas, yang membiarkan begitu saja lahan setelah ditanami. ZBNF harus dilaksanakan dengan teliti dan seksama, dan setidaknya dilakukan pengontrolan setiap harinya.
“Hasil menunjukkan banyak petani di India yang sukses setelah teliti menerapkan sistem ini. Hasil panennya bertambah dua kali lipat, ia terbebas dari hutang, menjaga alam dan lingkungan, dan membantu mendinginkan bumi yang semakin panas,” tegasnya.