Benteng Times

Cerita Teman SMA Keluarga Pengebom Gereja: Tak Setuju Upacara dan Nyanyi Lagu Kebangsaan

Foto sekeluarga pelaku pengeboman gereja di Surabaya.

JAKARTA, BENTENGTIMES.com – Satu keluarga menjadi pelaku pengeboman di tiga gereja Surabaya. Hal itu disesali oleh teman dekatnya yang sudah kenal dengan pelaku sedari SMA. Penuturan kisahnya ini kemudian viral di media sosial.

Adalah Ahmad Faiz Zainuddin yang menyayangkan aksi Dita Oepriarto yang merupakan kakak kelasnya di SMA Surabaya yang lulus pada tahun 1991.

Di mata Ahmad, Dita merupakan keluarga yang tampak baik-baik dan normal, seperti keluarga muslim yang lain. Namun, paham radikalisme yang tertanam di benak pelaku terlalu kuat karena sudah puluhan tahun mengakar.

Paham yang dianut Dita ini pun menjalar ke istrinya Puji Kuswati dan bersama empat anaknya sehingga melakukan aksi keji dengan meledakan diri di tiga geraja Surabaya.

“Dan akhirnya, kekhawatiran saya sejak 25 tahun lalu benar-benar terjadi saat ini,” ucap Ahmad di akun Facebook miliknya, Senin (14/5/2018).

Ahmad dan Dita pertama kali berkenalan sejak bangku SMA. Dikatakan Ahmad, Dita adalah Ketua Rohis yang ketika itu selalu bertentangan dengan pihak sekolah, misalnya mengenai upacara bendera.

Dita, kata Ahmad, menganggap upacara bendera adalah perbuatan syirik, ikut ikut bernyanyi lagu kebangsaan adalah bid’ah dan pemerintah Indonesia ini adalah thoghut.

Perilaku Dita ini tidak dianggap serius sekolah. Selain waktu itu belum ada bom teroris dan prestasi Dita di sekolah juga terbilang siswa cerdas, lembah lembut dan baik hati.

“Yang ingin saya katakan, Terorisme dan budaya kekerasan yang kita alami saat ini adalah panen raya dari benih-benih ekstrimisme-radikalisme yang telah ditanam sejak 30-an tahun yang lalu di sekolah2 dan kampus-kampus. Saya tidak tahu kondisi sekolah dan kampus saat ini, tapi itulah yang saya rasakan jaman saya SMA dan kuliah dulu,” tuturnya.

Singkat cerita, Ahmad sekali lagi menyayangkan masih ada orang yang memahami Islam versi garis keras hanya menelan mentah-mentah ayat-ayat perang dan melupakan substansi cinta dan kasih sayang sebagai inti ajaran Islam.

Di akhir ceritanya ini, Ahmad mengutip pernyataan dari aktivis muda Malala Yousafzai yang pernah meraih Nobel Perdamaian.

“Peluru hanya bisa menewaskan teroris, hanya PENDIDIKAN-lah yang bisa melenyapkan paham terorisme (sampai akar-akarnya: radikalisme, esktrimisme)”

Love & Peace for all of us..

And for my beloved Christian brothers & sisters.. my deep condolence for all of you.. from the bottom of my heart, I am really sorry..

STAY SAVE.. SPREAD COMPASSION..
Saya yg sedang berduka,

Ahmad Faiz Zainuddin
Alumni SMA 5 Surabaya Lulusan 1995
FE UNAIR Angkatan 1995 & Fakultas Psikologi UNAIR Angkatan 1996

Penuturan Ahmad tersebut, sejauh ini sudah direspons 6,5 ribu Facebooker lainnya, dibagikan sampai 7,7 ribu kali, hingga mengundang sampai satu ribu komentar di kolom postingannya itu.

Exit mobile version