JAKARTA, BENTENGTIMES.com – Pasca Pemilu dan Pilpres 2019, kabar mengejutkan datang dari Sumatera Utara, dimana Dewan Kehormatan Penyelenggara Pemilu (DKPP) Republik Indonesia resmi memberhentikan Ketua KPU Sumut Yulhasni dari jabatannya.
“Menjatuhkan sanksi peringatan keras dan pemberhentian dari jabatan ketua kepada teradu I Yulhasni, selaku ketua merangkap anggota Komisi Pemilihan Umum Provinsi Sumatera Utara, sejak putusan dibacakan,” demikian putusan dalam laman resmi DKPP, Jakarta, Rabu (17/7/2019).
BACA: Tim Labfor Polda Sumut Selidiki Penyebab Kebakaran Kantor Camat Gunungsitoli
DKPP juga mencopot jabatan divisi teknis dari Benget Manahan Silitonga. Sementara 5 anggota KPU Provinsi Sumut lainnya hanya dijatuhi sanksi peringatan keras.
“Menjatuhkan sanksi peringatan keras kepada teradu II Mulia Banurea, Teradu IV Herdiensi, Teradu V Ira Wirtati, Teradu VI Syafrial Syah, dan Teradu VII Batara Manurung masing-masing selaku anggota Komisi Pemilihan Umum Provinsi Sumatera Utara sejak putusan dibacakan,” tulisnya.
Jabatan ketua KPU Kabupaten Nias Barat Famataro Zai juga dicopot. Begitu juga dengan pencopotan jabatan divisi Nigatinia Galo.
Tiga anggota KPU Kabupaten Nias Selatan hanya dijatuhi sanski peringatan keras. Adapun ketiga anggota tersebut yaitu Efori Zaluchu, Markus Makna Richard Hia, Maranata Gulo. Salah satu angota KPU RI Ei Novida Ginting juga ikut mendapat peringatan keras dari DKPP.
Duduk perkara dari putusan ini berawal dari laporan Caleg Golkar Rambe Kamarul Zaman ke DKPP. Rambe menilai telah terjadi pelanggaran oleh KPU daerah karena diduga berpihak ke salah satu caleg, yakni Lamhot Sinaga.
Para teradu diduga telah melakukan pelanggaran kode etik penyelenggara pemilu karena memiliki keberpihakan terhadap calon Anggota DPR RI atas nama Lamhot Sinaga.
BACA: Bawaslu Usir Benget Silitonga dari Ruang Sidang Gugatan Pasangan JR- Ance
Keberpihakan ini diduga terjadi karena Lamhot menyampaikan laporan atas dugaan penggelembungan suara melalui WhatsApp tanpa disertai dokumen dan alat bukti. Meski laporan dilakukan tanpa bukti dan resmi, KPU kemudian tetap membuka kotak suara di Kabupaten Nias Barat.
Perkara ini juga dibawa ke meja Mahkamah Konstitusi (MK). Dalam sidang yang tengah digelar, KPU membantah adanya penggelembungan suara. KPU menyebut yang menggelembungkan suara justru Rambe.
“Berdasarkan hasil kroscek di tingkat kecamatan terbukti terdapat penggelembungan untuk pemohon (Rambe). Jadi yang melakukan penggelembungan justru pemohon,” demikian Kuasa Hukum KPU, Ali Nurdin, di Gedung Mahkamah Konstitusi (MK), Jakarta.
Sementara, informasi dari Kantor KPU Sumut di Jalan Perintis Kemerdekaan Medan menyebutkan bahwa untuk menunjuk pengganti Yulhasni serta penempatan posisinya dan posisi Benget Silitonga, seluruh Komisioner KPU Sumut akan segera menggelar pleno.