Adam dan Malik, Bayi Kembar Siam Asal Taput Butuh Uluran Tangan
- BENTENGTIMES.com - Selasa, 25 Jun 2019 - 22:43 WIB
- dibaca 171 kali
MEDAN, BENTENGTIMES.com– Adam dan Malik, bayi kembar siam asal Desa Manalu Purba, Kecamatan Parmonangan, Kabupaten Tapanuli Utara (Taput), yang lahir pada 22 November 2018 silam kini berada di Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Haji Adam Malik, Medan. Kondisi anak ketiga dan keempat dari pasangan suami istri (pasutri) Juliadi Silitonga dan Nurida Sihombing, kian sehat.
Rencananya, terhadap bayi tersebut akan dilakukan operasi pemisahan. Namun saat ini pihak rumah sakit belum menentukan jadwal operasinya.
Humas RSUP Haji Adam Malik Rosario Dorothy Simanjuntak menjelaskan, kesehatan bayi tersebut secara umum baik. Berat badannya pun kini hampir mencapai 17 kg.
“Kalau rencana pemisahan bayi kita sedang persiapkan dan dibentuk tim penanganan,” kata Rosario, Selasa (25/6/2019).
Baca: Puji Tuhan, Bayi Kembar Tiga Lahir Selamat di Samosir
Baca: Bayi Kembar Tiga Lahir di Asahan, Ini Mimpi Ayahnya Sebelumnya
Rosario melanjutkan, perlu persiapan sangat matang untuk melakukan operasi itu. “Tim sudah dibentuk beberapa bulan lalu, dan sudah beberapa kali rapat. Namun sejauh ini kita belum menentukan tanggal,” ujarnya.
Namun sejauh ini, ada kendala yang dihadapi pihak rumah sakit. Seiring bertambahnya usia sang bayi, bertambah pula tingkat kebutuhannya. Rosario mengaku, jika pihak rumah sakit memiliki kendala menyangkut kebutuhan sehari-hari dari bayi kembar siam tersebut.
“Kebutuhan itu mulai dari penggunaan pampers yang semakin tinggi. Karena, dengan bertambahnya usia, siklus buang air juga kan bertambah. Minyak telon, tisu basah, dan lainnya. Kebutuhan umum itu tidak ditanggung pihak rumah sakit atau BPJS,” jelasnya.
Baca: Bayinya Lahir Usus di Luar Tubuh, Nurul: Mohon Doa Kesembuhannya..
Baca: Bayi Kembar Bermarga Siahaan ‘Tertahan’ di RS Tiara Karena Ketiadaan Biaya
Selama ini, kata Rosario, sejumlah perawat dan petugas medis yang membantu untuk membeli kebutuhan bayi tersebut. Orangtua bayi pun tergolong kurang mampu dan bahkan jarang berada di rumah sakit.
“Selama ini, ya perawat lah yang menalangin, tapi ya sampai kapan bisa begitu,” ucapnya.