MEDAN, BENTENGTIMES.com – Tokoh Muslim di Sumatera Utara, H Imran Napitupulu menyayangkan polemik tentang suku, agama, ras dan antar-golongan (SARA) yang kerap mewarnai pertarungan politik. Sebab, menurutnya, ketidakdewasaan pelaku politik seperti itu sering merugikan masyarakat umum.
“Karenanya, masyarakat diharapkan dapat memilih dengan cerdas dan melihat siapa calon yang jujur dari berbagai hal, termasuk identitas suku dan agama,” ujar H Imran Napitupulu yang merupakan pengurus salah satu organisasi Islam.
(BACA: Tak Hanya Karena Jawa-Batak, Tapi Djoss Punya Pengalaman Wujudkan Perubahan)
Ia mengaku sangat kecewa melihat keberadaan politisi yang kerap menggadaikan identitas demi mendulang suara.
“Kadang mengaku Jawa, kadang mengaku Aceh, kadang mengaku Batak. Untuk apa seperti itu? Toh juga masyarakat pandai dan akan memilih dengan bijak. Pilih yang jujur sajalah, yang benar-benar Jawa dan yang benar-benar Batak. Bukan yang mengaku-ngaku Jawa, Melayu ataupun Batak. Malu kita memilih calon tanpa jati diri,” katanya.
(BACA: Djarot: Lihat Rekam Jejak, Bukan Karena Saya Jawa)
Imran juga mengatakan bahwa kebohongan sering dilakukan para politisi untuk mengelabui masyarakat. Termasuk di Sumatera Utara. Keragaman budaya dan golongan di provinsi yang berbhinneka tersebut selalu dibenturkan dengan isu-isu SARA.
Namun, katanya, hal itu tidak akan membuat warga Sumut terkecoh. Mereka akan memilih pemimpin yang jujur.
“Kalau berpikir rasional, yang jujur dengan identitas hanya H Djarot Saiful Hidayat dan Sihar Sitorus. Djarot tidak mau dibumbui marga karena dia memang Jawa, serta tegas mengatakan bahwa dia Jawa, Islam dan mengabdi untuk Sumut. Bahkan di balik ketegasannya dia diterima masyarakat Sumut termasuk non Muslim,” tegasnya.
Itulah menurut Imran suatu ketegasan, bahwa Djarot tidak mau mengobral identitas dan jati diri hanya karena kepentingan politik.
Sementara Sihar Sitorus yang sudah dikenal masyarakat Sumut juga melakukan hal yang sama. Dia tidak pernah berpura-pura jadi orang lain hanya untuk mengelabui masyarakat. Dia jujur sebagai putra Sumut, serta tegas menolak manipulasi identitas.
“Dia tetap konsisten sebagai Batak, karena itu identitas aslinya sebagai putra Sumut. Jadi kalau kita bicara dari aspek identitas, maka yang tepat dan jujur hanya Djoss. Tidak menjadi siluman yang mengganti warna atau wujud hanya untuk membohongi warga,” jelasnya.