Benteng Times

Pagar Nusantara Mengenang 73 Tahun Wafatnya Hadratussyaikh KH M Hasyim Asy’ari

Acara buka puasa bersama yang dirangkai dengan peringatan 73 tahun wafatnya Hadratussyaikh KH M Hasyim Asy'ari, oleh Paguyuban Relawan Nusantara Sumut dan Komunitas Alumni Perguruan Tinggi (KAPT ) Sumut Di Lapangan Bola Marelan Pasar V, Medan.

MEDAN, BENTENGTIMES.com – Suasana khusyuk dan penuh kekeluargaan terjalin pada acara buka puasa bersama pimpinan pesantren dan majelis taklim Nahdlatul Ulama, Minggu (3/6/2018). Acara tersebut juga dirangkai dengan peringatan 73 tahun wafatnya Hadratussyaikh KH M Hasyim Asy’ari, yang merupakan pendiri Nahdlatul Ulama.

Acara ini digelar oleh Paguyuban Relawan Nusantara (Pagar Nusantara) Sumut dan Komunitas Alumni Perguruan Tinggi (KAPT ) Sumut Di Lapangan Bola Marelan Pasar V, Medan.

Acara diawali dengan kata sambutan oleh perwakilan relawan yang hadir, dilanjutkan tausyiah dari Ustad Zoelkarnaen, dilanjutkan dengan berbuka puasa, Sholat Maghrib dan makan bersama, diakhiri dengan doa dan pemberian bingkisan kepada masyarakat setempat, yang tampak antusias turut mengikuti kegiatan tersebut.

Ketua DPW Paguyuban Relawan Nusantara Sumatera Utara Sulaiman Surbakti mengatakan bahwa di bulan suci Ramadan ini, agar semua elemen masyarakat senantiasa menjaga kehidupan dalam bermasyarakat.

“Marilah semua elemen masyarakat Sumut untuk dapat menjaga kedamaian dalam keluarga dan kehidupan sosial di masyarakat. Dengan begitu, kehidupan berbangsa dan bernegara bisa terjalin dengan baik dan selalu dalam rahmat Tuhan di Indonesia yang beraneka ragam suku agama dan ras ini,” ajaknya.

Dia menyampaikan agar kiranya kita selalu menyuarakan kesejukan di tengah-tengah masyarakat, membentengi diri dari segala fitnah dan kebencian, demi terciptanya Sumatera Utara dan Indonesia yang damai.

Diketahui, KH Hasyim Asy’ari dikenal sebagai salah satu ulama paling berpengaruh di Indonesia, yang juga pendiri dari Nahdatul Ulama. Selain itu ia juga merupakan Pahlawan Nasional Indonesia.

KH Hasyim Asy’ari belajar dasar-dasar agama dari ayah dan kakeknya, Kyai Utsman yang juga pemimpin Pesantren Nggedang di Jombang. Sejak usia 15 tahun, beliau berkelana menimba ilmu di berbagai pesantren, antara lain Pesantren Wonokoyo di Probolinggo, Pesantren Langitan di Tuban, Pesantren Trenggilis di Semarang, Pesantren Kademangan di Bangkalan dan Pesantren Siwalan di Sidoarjo.

Tak lama di sini, Hasyim pindah lagi di Pesantren Siwalan, Sidoarjo. Di pesantren yang diasuh Kyai Ya’qub inilah, agaknya, Hasyim merasa benar-benar menemukan sumber Islam yang diinginkan.

Kyai Ya’qub dikenal sebagai ulama yang berpandangan luas dan alim dalam ilmu agama. Cukup lama lima tahun Hasyim menyerap ilmu di Pesantren Siwalan. Dan rupanya Kyai Ya’qub sendiri menyukai pemuda yang cerdas dan alim itu.

Maka, Hasyim bukan saja mendapat ilmu, melainkan juga istri. Ia, yang baru berumur 21 tahun, dinikahkan dengan Chadidjah, salah satu putri Kyai Ya’qub.

Exit mobile version