MEDAN, BENTENGTIMES.com – Banyak pihak tak mengira kalau alumni SMANSA Medan akhirnya menjatuhkan pilihan mendukung pasangan Calon Gubernur dan Wakil Gubernur Sumatera Utara H Djarot Saiful Hidayat- Sihar Sitorus.
Apa yang membuat para alumni sekolah bergengsi di Kota Medan itu mendukung pasangan yang diusung PDIP dan PPP itu? Berikut penjelasan Ahmad Utoyo, Koordinator Umum Alumni Smansa Medan for Djoss.
Menurut Ahmad Utoyo, pasangan Djarot-Sihar tidak hanya memahami persoalan pendidikan di Sumatera Utara, tapi juga punya solusi mengatasi masalah tersebut. Selain itu, integritas Djarot sebagai pemimpin juga sudah tidak diragukan lagi. Djarot memiliki track record yang baik dari memimpin Walikota Blitar dua periode, menjadi Wakil Gubernur dan hingga menjabat Gubernur DKI Jakarta.
(BACA: Komunitas Alumni Smansa Medan Siap Dukung Djarot-Sihar)
“Jadi, setelah mendengar langsung pemaparan Pak Djarot, kami pun benar-benar mengerti bahwa yang menguasai masalah dan bisa memberikan solusi itu, ya Pak Djarot-Sihar,” ucap Ahmad Utoyo di sela-sela Acara Diskusi dan Deklarasi Alumni SMANSA (SMAN 1) Medan For Djoss, Kamis (3/5/2018) malam.
Utoyo berharap kelak Djarot-Sihar terpilih menjadi Gubernur dan Wakil Gubernur Sumatera Utara, agar benar-benar menjadikan Sumut, semua urusan mudah dan transparan untuk mewujudkan Sumut hebat.
Namun, Utoyo juga menyadari jika diantara mereka ada juga yang mendukung pasangan calon lain. Tapi, hal itu adalah dinamika politik dalam demokrasi.
“Dan, kita tetap komit mendukung dan memenangkan Djarot-Sihar,” pungkas Utoyo.
Sebelumnya, masih di acara diskusi tersebut, Djarot mengungkapkan bagaimana permainan klasik di Sekolah Menengah Atas (SMA) dan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) saat memimpin Provinsi DKI Jakarta dan bagaimana menanggapinya.
Djarot menyebutkan, tak jarang dihubungi oknum pejabat untuk menitipkan anak dan atau saudaranya agar diloloskan masuk ke SMA ataupun SMK negeri favorit.
“Dulu waktu di Jakarta, banyak itu pejabat menitipkan anaknya ke saya, supaya lulus di SMA favorit, seperti SMAN 8 Jakarta. Tetapi, saya berkomitmen untuk tidak mengintervensi sekolah maupun Dinas Pendidikan,” ujarnya.
Kepada oknum-oknum pejabat itu, Djarot menyarankan agar tidak memaksakan kemampuan anaknya.
“Ternyata banyak pihak justru puas dengan sikap saya,” tandas Djarot yang disambut tepuk tangan para alumni SMANSA Medan.
Penyebab lain rusaknya pendidikan, lanjut Djarot, adalah proses perekrutan atau pengangkatan kepala sekolah.
“Biasanya, untuk menjadi kepala sekolah harus membayar mahar tertentu ke pejabat di atasnya. Itulah mengapa kepala sekolah seakan kejar setoran, memasukkan siswa siluman dengan kesepakatan tertentu,” beber Djarot.
Solusinya, kualitas kompetensi guru harus ditingkatkan. Sebab guru itu bukan sekadar mengajar, namun mendidik.
Kemudian, membenahi masalah infrastruktur, fasilitas sekolah dan kelengkapan lainnya, sehingga dapat menunjang prestasi dan kemampuan siswa.
Pada kesempatan itu, Djarot mengapresiasi pergerakan komunitas SMANSA, peduli dengan keadaan sekolah dan pendidikan pada umumnya.
Dia mengajak seluruh Alumni SMANSA mengembalikan SMAN 1 Medan menjadi sekolah unggulan dan favorit bersama sekolah lainnya di Sumut.
Dalam pertemuan itu, Djarot meladeni sesi foto bersama dengan para alumni SMANSA Medan, dari angkatan tahun 1960 hingga 2008. Canda dan tawa menghiasi sesi pemotretan tersebut.