KARO, BENTENGTIMES.com– Petani jeruk di Tanah Karo mengisahkan dilema saat musim panen raya buah. Saat panen raya jeruk, harga jual anjlok. Kalau ingin dapat harga jual ideal (paling tidak Rp7 ribu per kg), mereka harus menunda panen. Konsekuensinya, petani harus mengeluarkan biaya eksta untuk perawatan agar dapat meminimalisir serangan hama lalat buah.
“Nasib petani jeruk di Karo, saat ini, miris. Buah banjir, harga anjlok. Paling tinggi Rp5 ribu per kg di tingkat petani. Kami sangat susah saat ini,” ucap salahseorang petani jeruk bermarga Girsang di Merek, Kabupaten Karo, Minggu (11/8/2019).
Ia mengungkapkan, banyak tantangan yang harus dihadapi petani jeruk. Menurut Girsang, bertani jeruk butuh modal tinggi. Mulai dari perawatan hingga panen, biaya yang dibutuhkan tidak sedikit.
“Kadang-kadang kami harus mengutang ke bank. Tapi, saat panen, ternyata harga anjlok. Pusing,” keluh Girsang, sembari mengungkapkan bahwa untuk menghidupi kebutuhan keluarga dan biaya sekolah anak-anak, seluruhnya diharapkan pada kebun jeruk miliknya.
Dari pengamatan BENTENG TIMES di lapangan, banyak petani jeruk yang menunda panen. Mereka rela merogoh kocek lebih dalam untuk biaya perawatan dengan harapan naiknya harga jual jeruk.
Petani lain menerangkan, untuk biaya bertani jeruk, mulai dari perawatan saat muncul bunga sampai buah jeruk matang, minimal dibutuhkan biaya sebesar Rp150 ribu per pokok. Sementara, rata-rata hasil panen per pokoknya sebanyak 45 kg. Itu artinya, biaya rata-rata perawatan sebesar Rp3.333 per kg-nya.
Baca: Merana, Tomat Petani di Karo Hanya Laku Rp1.000 per Kg
Baca: Peresmian Jembatan Kiras Bangun, Mengenang Patriotisme Garamata, Sang Legenda Tanah Karo
Terpisah, Johanis Singarimbun, salahseorang petani jeruk di Merek, mengatakan hingga kini ia masih menunda panen jeruk miliknya. Langkah itu ia lakukan dengan harapan naiknya harga, meski dengan resiko harus mengeluarkan biaya tambahan perawatan dan ancaman serangan hama lalat buah.
“Tapi mau bagaimana lagi. Kalau tidak demikian, modal bisa tidak kembali,” ujarnya.
Baca: Persadan Jurnalis, Bupati dan Komitmen Memajukan Pembangunan di Karo
Baca: Sedih! Warga Desa Terdampak Abu Vulkanik Sinabung Terancam Gagal Panen
Menurut analisa Johanis, penyebab harga jeruk anjlok adalah diakibatkan pengiriman jeruk keluar kota (luar provinsi Sumatera Utara) sedang tidak stabil. Kemudian pengaruh dari banjirnya buah-buahan jenis lain, seperti mangga dan rambutan di bulan Agustus 2019.
“Mudah-mudahan, bulan September, harga jeruk mengalami kenaikan agar petani terbantu,” kata Johanis.
Disamping itu, mereka berharap Pemerintah Kabupaten Karo melakukan sesuatu agar dapat meringankan beban para petani jeruk. Usulan itu bukan tanpa alasan, sebab kenaikan harga jeruk akan berpengaruh positif terhadap perekonomian di Kabupaten Karo.