Djarot Berkunjung ke Candi Bahal: Indonesia Lahir dari Keberagaman, Mari Kita Rawat!
- BENTENGTIMES.com - Kamis, 8 Mar 2018 - 15:19 WIB
- dibaca 646 kali
PALUTA,BENTENGTIMES.com– Betapa takjubnya H Djarot Syaiful Hidayat saat menyaksikan kemegahan Candi Bahal I, situs purbakala yang ada di Desa Bahal, Kecamatan Portibi, Kabupaten Padanglawas Utara (Paluta), Kamis (8/3) pagi.
Di situs sejarah yang dibangun pada masa kejayaan Kerajaan Sriwijaya itu, Djarot mengatakan bahwa candi ini adalah bukti bahwa Indonesia memiliki kekayaan sejarah yang bisa dijadikan pembelajaran bagi generasi muda.
“Ini adalah candi penginggalan agama Buddha. Berarti, sejak 20 abad yang lalu, agama sudah masuk ke daerah ini. Berarti, keberagaman sudah terbangun sejak dulu di sini,” ujar Djarot.
Calon Gubernur Sumatera Utara nomor urut 2 ini mengatakan bahwa dahulu pun, saat masuknya berbagai budaya dan agama ke Indonesia, terkhusus Sumatera Utara, berlangsung dengan damai.
Karenanya, kita harus memelihara kedamaian itu dan menjadikannya suatu persatuan yang kuat yang akan jadi pembelajaran bagi generasi muda.
“Ini sangat berharga untuk pembelajaran generasi muda. Dari sini kita bisa belajar bahwa Indonesia lahir dari keberagaman. Itulah sejarah yang harus kita ingat untuk membangkitkan semangat toleransi bagi kita generasi muda. Kita harus harga menghargai, keberagaman ini kita pelihara dan jadi pemersatu bagi kita,” ujar pasangan Calon Wakil Gubernur Sihar Sitorus ini.
Mantan Walikota Blitar dua periode ini juga kagum akan batu bata candi ini, dimana hingga saat ini, yang usianya sudah ribuan tahun, tidak ada lumut yang menempel.
“Beda dengan batu bata sekarang. Bisakah kalian buat batu bata yang tidak ditumbuhi lumut?” ujar Djarot.
Kata Djarot, Candi Bahal Batu yang kokoh, padahal dibangun ribuan tahun yang lalu, menandakan bahwa nenek moyang kita adalah orang pintar, cerdas.
“Ini menandakan bahwa bangsa kita adalah bangsa yang kuat. Nenek moyang kita adalah orang-orang hebat. Maka, kita sebagai generasi muda harus bisa merawat candi ini. Tak hanya merawat secara fisik, namun juga merawat semangat keberagaman dan semangat toleransi yang terjalin sejak dulu. Itulah caranya kita menghormati leluhur,” ujar mantan Gubernur DKI Jakarta ini.
Djarot juga berpesan bahwa masih banyak kekurangan-kekurngan yang perlu dibenahi. Seperti gapura selamat dating, kemudian harus ada kantor informasi, yang bisa memberikan referensi tentangsejarah berdirinya Candi Bahal ini.
Untuk itu, ketika dipercaya menjadi Gubernur Sumatera Utara, dirinya akan menjalin komunikasi intens dengan kementerian terkait, untuk pembenahan Candi Bahal ini.
Sementara, Julvan Harahap, juru pelihara Candi Bahal berharap adanya kerja sama dengan pemerintah daerah untuk perawatan Candi Bahal ini. Karena kalau hanya mengharapkan pemerintah pusat saja, dikhawatirkan perawatan dan pemeliharaannya tidak maksimal.
Julvan juga mengatakan bahwa setiap tahun, saat perayaan Waisak, para penganut Buddha dari 12 negara selalu datang ke Candi Bahal.
“Candi ini juga ramai dikunjungi, Pak. Setiap tahun, dari 12 negara pun dating ke sini saat perayaan Waisak. Tiap Sabtu dan Minggu juga ramai. Apalagi kalau lebaran, itu paling ramai. Biaya masuk Rp2.000 per orang,” ujarnya.